REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) terus melakukan pendampingan dan pelibatan masyarakat dalam menjaga keberlangsungan pasokan biomassa. Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko, mengatakan bahwa pendekatan yang dilakukan mencakup aspek sosial masyarakat dan kelembagaan.
“Untuk sisi masyarakatnya, kami lakukan sosialisasi dan edukasi termasuk pembinaan dan pendampingan. Bagaimana cara mengembangkan dan memanfaatkan biomassa sebagai salah satu sumber energi,” kata Antonius dalam panel diskusi Festival LIKE yang diinisiasi KLHK, di Jakarta, Ahad (17/9/2023).
Lalu untuk skema bisnisnya, PLN EPI akan memanfaatkan aspek kelembagaan termasuk KUD, Kelompok Tani, termasuk juga kelompok-kelompok pensiunan. “Seperti saat ini di PLN group itu ada PT Best yang menjadi supplier kami itu adalah YPK PLN. Jadi dari aspek sosial kemasyarakatan, stakeholdernya itu sangat luas,” kata dia.
Menurut Antoinus, pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan biomassa menjadi sumber energi menjadi keharusan. Karena masyarakat yang terlibat dalam pengoptimalan biomassa ini datang dari strata sosial, wilayah, dan budaya yang berbeda-beda.
Ia pun menegaskan bahwa saat ini masyarakat bukan lagi ditempatkan sebagai objek atau pengguna energi, namun menjadi produsen dan pengelola energi. “Itulah yang menjadi mitra utama kami untuk biomassa,” kata dia.
Tata kelola rantai pasok biomassa dalam negeri ini merupakan salah satu cara untuk menurunkan emisi karbon di sektor pembangkitan. Indonesia sendiri memiliki potensi biomassa yang berlimpah, sehingga PLN EPI berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan guna membantu pemerintah mencapai target net zero.
Sebelumnya, PLN sukses meningkatkan penggunaan biomassa sebagai substitusi batu bara di 40 Pembang Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau cofiring. Melalui teknologi co-firing PLN Grup telah mampu menurunkan emisi karbon hingga 429 ribu ton CO2 sepanjang semester 1 tahun 2023.
Dalam masa transisi energi, PLN menggunakan teknologi co-firing di PLTU sebagai upaya menekan penggunaan batu bara. Co-firing adalah substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa, seperti pellet kayu, sampah, cangkang sawit, dan serbuk gergaji.