REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemkab Garut terus melakukan distribusi air bersih kepada masyarakat selama masa tanggap darurat bencana kekeringan. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut hingga Rabu (20/9/2023), sudah sekitar 800 ribu liter air bersih selama masa tanggap darurat.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Aah Anwar mengatakan, selama ini pihaknya terus berupaya untuk mendistribusikan air bersih kepada warga terdampak kekeringan. Namun, terdapat sejumlah kendala yang ditemui di lapangan. Salah satunya adalah masih kurangnya kendaraan untuk penyaluran air bersih.
"Kemarin, kami sudah tambah tiga kendaraan menjadi 10 unit. Namun, permintaan cukup masif," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Kamis (21/9/2023).
Selain kendala unit kendaraan yang terbatas, penanganan kekeringan di Kabupaten Garut juga terkendala jarak wilayah terdampak yang jauh. Apalagi, saat ini wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Garut sudah mencapai 19 kecamatan.
Aah menyebutkan, 10 unit kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan air bersih itu harus mencukupi kebutuhan di 19 kecamatan terdampak kekeringan di Kabupaten Garut. Sementara jarak wilayah terdampak berjauhan.
"Tak jarang petugas menginap karena jarak pendistribusian air bersih yang jauh. Kalau bisa kita pulang balik, pasti akan balik lagi agar kendaraan bisa digunakan ke tempat lain. Kalau tidak bisa, ya menginap," kata dia.
Ihwal ketersediaan air, Aah menilai, hingga saat ini masih tersedia. Bukan hanya di PDAM, air bersih yang disalurkan kepada warga terdampak kekeringan juga dapat diambil dari sumber air di Lapan, wilayah selatan Kabupaten Garut.
"Sumber air mah tidak ada masalah, hanya kendaraan yang terbatas dan jarak tempuh yang jauh," kata dia.
Karena itu, Aah menyampaikan, distribusi air bersih-bersih di lapangan diatur dengan sedemikian rupa agar optimal. Ia pun meminta warga terdampak kekeringan harus benar-benar hemat dalam memanfaatkan air bersih yang telah disalurkan.
Dari data BPBD Kabupaten Garut, saat ini terdapat 76 desa di 19 kecamatan yang terdampak kekeringan. Sementara jumlah warga yang terdampak mencapai 22.946 kepala keluarga (KK) atau 79.797 jiwa.