REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menukil sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang menurutnya tidak boleh diajarkan kepada orang-orang miskin.
Mahfud menyampaikan itu saat memberikan sambutan dan menutup agenda Rapat Koordinasi Nasional Badan Amil Zakat Nasional (Rakornas Baznas) 2023 yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (22/9/2023). Agenda ini dihadiri oleh para pimpinan Baznas daerah dari seluruh wilayah Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Mahfud menyinggung ihwal hadits yang populer di tengah masyarakat tetapi kerap disalahpahami. Kemudian Mahfud mengucapkan hadits tersebut, "Allahumma ahyiini miskiinan wa amtinii miskiinan wahsyur-ni fii zumrotil masaa-kiini yaumal-qiyamati."
Adapun bunyi lengkap hadits tersebut ialah:
- اللَّهمَّ أَحيِني مِسكينًا، وأَمِتْني مِسكينًا، واحشُرني في زُمرةِ المساكينِ يومَ القيامَةِ، فقالَت عائِشةُ: لِمَ يا رسولَ اللهِ؟ قال: إنَّهم يَدخُلون الجنَّةَ قبلَ أغنيائِهم بأربعين خريفًا، يا عَائشةُ، لا ترُدِّي المِسكينَ ولو بشِقِّ تَمرةٍ، يا عائشةُ، أحِبِّي المساكينَ، وقَرِّبيهم؛ فإنَّ اللهَ يقرِّبُكِ يومَ القيامَةِ.
"Ya Allah, hidupkanlah aku sebagai seorang miskin, dan matikanlah aku sebagai seorang miskin. Kumpulkan aku pada hari kiamat bersama kelompok orang-orang miskin." Kemudian Aisyah RA bertanya, "Mengapa wahai Rasulullah?"
Beliau SAW bersabda, "Mereka akan masuk surga 40 tahun lebih dulu daripada orang-orang kaya. Wahai Aisyah, janganlah kamu menolak orang miskin meski hanya setengah kurma. Sayangilah orang-orang miskin dan dekatilah mereka, maka Allah akan mendekatkanmu pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi dari jalur riwayat Anas bin Malik RA)
Mahfud menjelaskan, hadits tersebut sebetulnya ditujukan kepada para pemimpin maupun pejabat. Rasulullah SAW berdoa dengan doa tersebut karena beliau SAW adalah pemimpin. Sehingga, tidak tepat jika kemudian doa itu diucapkan oleh orang yang miskin.
"Orang-orang jangan disuruh menjadi miskin semua. Tetapi Nabi (dalam hadits ini) memberikan ajaran moral. Menjadi pemimpin maka siap menjadi miskin, jadi bukan untuk memperkaya diri sendiri (sedangkan) rakyatnya tidak (sejahtera). Jangan ajarkan doa itu ke orang miskin, tidak boleh. Kalau ke pejabat-pejabat, ajarkan itu," kata Mahfud.
Syarah hadits tersebut yaitu Islam sangat menekankan solidaritas antar sesama manusia, dan memerintahkan umat Islam untuk bersedekah dan memperhatikan orang miskin. Islam juga menunjukkan keutamaan mengeluarkan harta untuk mencapai ridha Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi SAW.
Maksud doa Rasulullah tersebut bukan untuk meminta kemiskinan melainkan untuk kerendahan hati dan ketundukan beliau kepada Allah SWT. Sebab, Rasulullah SAW bukan sosok yang miskin harta dan keadaan beliau pun tidak seperti orang miskin.
Nabi Muhammad SAW berdoa dengan doa itu agar tidak menjadikannya zalim dan sombong. Nabi SAW berdoa agar dikumpulkan bersama orang-orang miskin adalah untuk mengangkat derajat dan memuliakan orang-orang miskin. Orang miskin, yang tentunya taat menjalankan perintah Allah SWT, lebih cepat dan mudah masuk surga dibandingkan orang kaya karena orang miskin tidak memiliki banyak harta untuk dihitung atau dihisab.
Hal itu berbeda dengan orang kaya yang memiliki banyak harta sehingga akan diperiksa dari mana saja sumber harta tersebut dan digunakan untuk apa saja. Maka, hadits tersebut sekaligus menjadi peringatan bagi orang kaya untuk bersiap menghadapi keadaannya di akhirat kelak, dengan menggunakan hartanya sebagai jalan menuju ketakwaan.