Ahad 24 Sep 2023 04:57 WIB

Kampus Mulai Terapkan Sistem Verifikasi Identitas Digital Mahasiswa

SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikembangkan.

Institut Teknologi Del (IT Del) dan Privy berkolaborasi menciptakan sistem otomatisasi pencatatan dan standardisasi kehadiran mahasiswa.
Foto: .
Institut Teknologi Del (IT Del) dan Privy berkolaborasi menciptakan sistem otomatisasi pencatatan dan standardisasi kehadiran mahasiswa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Digitalisasi yang semakin masif pascapandemi Covid-19 telah mengubah cara hidup manusia dalam berbagai aspek, tidak terkecuali di bidang pendidikan khususnya perguruan tinggi. Salah satu aspek penting dalam tata kelola perguruan tinggi adalah verifikasi identitas.

Hal ini untuk memastikan bahwa akses masuk dan keluar lingkungan kampus dapat dikontrol demi keamanan dan juga akuntabilitas mahasiswa. “Pandemi telah menciptakan kebiasaan baru yang tak dapat dilepaskan dari digitalisasi, dimana dunia menjadi semakin terkoneksi dan demokratisasi terjadi hampir di segala bidang," ungkap Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, Rionald Silaban melalui keterangan tertulis. "Diperlukan tata kelola yang baik serta kedisiplinan dalam menghadapi situasi tersebut." 

Proses verifikasi juga terus berubah seiring pembaruan teknologi, termasuk dengan memindai (scan) kartu identitas yang dimiliki tiap mahasiswa. Meskipun demikian, masih terdapat risiko kehilangan kartu dan penyalahgunaan kepemilikan identitas pada proses tersebut.

Untuk memitigasi risiko yang terjadi, Institut Teknologi Del (IT Del) dan Privy berkolaborasi menciptakan sistem otomatisasi pencatatan dan standardisasi kehadiran mahasiswa. Sistem ini melalui penerapan teknologi continuous-face recognition berbasis identitas digital Privy yang terverifikasi dan telah berinduk ke Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Luhut Binsar Panjahitan selaku Ketua Pembina Yayasan Del menyampaikan pentingnya penguatan kapasitas SDM yang unggul dan adaptif terhadap perkembangan digital melalui pendidikan tinggi. 

 

"Saya ingin menekankan penguatan kapasitas SDM dalam menghadapi kondisi ekonomi-politik global saat ini. Sehubungan dengan perkembangan teknologi seperti AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan), mahasiswa harus dapat menyikapinya dengan tepat, memaksimalkan potensinya namun tetap waspada terhadap risiko yang ada," kata Luhut. 

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham Akbar Habibie mengatakan, SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) perlu dikembangkan pada generasi masa depan. Salah satu pilar Generasi Indonesia Emas adalah pengembangan SDM unggul yang menguasai iptek. "Tidak ada satupun negara maju di dunia ini yang tidak menguasai iptek," ujar dia. 

CEO & Founder Privy, Marshall Pribadi, mengatakan melalui user-centric digital identity maka dapat menghindari penyalahgunaan dan pencurian identitas. "Identitas digital yang diterbitkan oleh Privy berbasis sertifikat elektronik, dimana identitas pengguna telah terlebih dahulu diverifikasi berdasarkan data kependudukan di Ditjen Dukcapil, Kemendagri," ujar dia.

Sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) yang telah berinduk ke Kominfo, perseroan sudah memverifikasi lebih dari 42 juta pengguna individu di Indonesia. Perseroan juga dipercaya lebih dari 2.600 perusahaan dan lebih dari 100 juta dokumen telah ditandatangani secara digital. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement