Kamis 28 Sep 2023 21:58 WIB

Tahun Ini, Luas Es Laut Kutub Utara Capai Titik Terendah

Tahun ini menjadi rekor terendah dari luas es laut di Antartika.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Luas es laut di Antartika mencapai rekor terendah untuk tahun ini.
Foto: AP
Luas es laut di Antartika mencapai rekor terendah untuk tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini bukanlah tahun yang baik bagi es laut di kutub. Baik Arktik maupun Antartika telah mengalami rekor terendah dalam hal luas es laut, demikian laporan NASA dan Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSIDC) yang menggunakan data satelit untuk melacak es laut di kedua wilayah kutub tersebut.

Es laut Arktik (kutub Utara) kemungkinan mencapai luas minimum tahunannya pada 19 September yaitu 4,23 juta kilometer persegi dan tercatat sebagai luas minimum keenam terendah dalam catatan satelit. Adapun di Antartika (kutub Selatan), es laut kemungkinan mencapai luasan maksimumnya pada 10 September sebesar 16,96 juta kilometer persegi —luasan maksimum terendah dalam catatan satelit.

Baca Juga

“Ini adalah rekor terendah es laut di Antartika. Pertumbuhan es laut tampak rendah di hampir seluruh benua, bukan hanya di satu wilayah saja. Dan di Kutub Utara, Northwest Passage memiliki lebih banyak lautan terbuka daripada biasanya,” ujar ilmuwan es laut di NSIDC, Walt Meier.

“Tampaknya juga ada lebih banyak es yang lebih longgar dan berkonsentrasi lebih rendah, bahkan ke arah Kutub Utara, dan area yang dulunya merupakan lapisan es yang cukup padat dan padat sepanjang musim panas. Hal ini telah terjadi lebih sering dalam beberapa tahun terakhir,” tegas Meier seperti dilansir Space, Kamis (28/9/2023).

Setiap tahun, es laut meluas dan mencair seiring pergantian musim. Adapun luasnya di kedua arah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pola angin, suhu lautan -yang secara langsung berkorelasi dengan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia dan pola iklim seperti El Nino yang sedang terjadi saat ini.

Cakupan es laut yang rendah ini juga memperkuat pemanasan laut karena siklus ice-albedo feedback. Ini merupakan proses iklim umpan balik positif di mana perubahan pada area lapisan es, gletser, dan es laut mengubah albedo dan suhu permukaan planet. Es sangat reflektif, oleh karena itu es memantulkan lebih banyak energi matahari kembali ke angkasa daripada jenis daratan atau perairan terbuka lainnya. Dengan demikian, air laut akan tetap lebih hangat dan menghambat perluasan es laut.

Meskipun luas minimum dan maksimum es laut adalah pengukuran utama di lingkungan kutub, ketebalan es laut juga menjadi perhatian utama. Penelitian baru menggunakan satelit seperti ICESat-2 (Ice, Cloud and land Elevation Satellite-2) milik NASA untuk memantau seberapa tebal es sepanjang tahun.

"Di NASA, kami tertarik untuk melakukan pengukuran mutakhir, tetapi kami juga mencoba menghubungkannya dengan catatan sejarah untuk lebih memahami apa yang mendorong beberapa perubahan yang kami lihat,” ujar Nathan Kurtz, kepala Laboratorium Ilmu Kriosfer NASA di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement