Kamis 28 Sep 2023 22:23 WIB

Apa Itu Karbon Offset dan Bagaimana Skemanya di Indonesia?

Karbon offset merupakan salah satu mekanisme perdagangan karbon.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Karbon offset menjadi skema untuk menyeimbangkan jejak emisi karbon dioksida.
Foto: www.freepik.com
Karbon offset menjadi skema untuk menyeimbangkan jejak emisi karbon dioksida.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karbon offset merupakan salah satu mitigasi perubahan iklim yang dilakukan berbagai negara termasuk Indonesia. Karbon offset atau penyeimbang karbon diartikan sebagai skema untuk menyeimbangkan jejak emisi karbon dioksida atau CO2 yang telah dikeluarkan.

Karbon offset berfokus pada kegiatan penyeimbangan jejak karbon melalui pembiayaan proyek hijau yang dilakukan pemerintah atau pihak swasta. Adapun dalam implementasinya, karbon offset dilakukan oleh penghasil jejak karbon dengan membeli karbon kredit dalam pasar karbon sukarela (voluntary carbon).

Baca Juga

Karbon offset merupakan salah satu mekanisme perdagangan karbon yang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam Pembangunan Nasional.

 

Lantas bagaimana skema karbon offset di Indonesia?

Merujuk Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 21 Tahun 2022 tentang Tata Laksana Penerapan Nilai Ekonomi Karbon Pasal 14 ayat (1) dijelaskan bahwa karbon offset dilakukan bagi usaha dan/atau kegiatan yang:

a. tidak memiliki Batas Atas Emisi GRK

b. surplus emisi, dalam hasil capaian pengurangan Emisi GRK dari Aksi Mitigasi Perubahan Iklim yang dilakukan berada di bawah target dan Baseline Emisi GRK yang ditetapkan; atau

c. defisit emisi, dalam hasil capaian pengurangan Emisi GRK dari Aksi Mitigasi Perubahan Iklim yang dilakukan berada di atas target dan di bawah Baseline Emisi GRK yang ditetapkan.

Selanjutnya, merujuk pasal 14 ayat (2) dijelaskan bahwa menteri dan gubernur sesuai kewenangannya harus menetapkan Baseline Emisi GRK dan target pengurangan emisi.

Pelaku usaha dapat menjual surplus emisi kepada pihak lain. Adapun jika terjadi defisit emisi, pelaku usaha juga dapat melakukan pengimbangan atas selisih emisi dengan membeli dari pelaku usaha yang memiliki surplus emisi.

Dalam melakukan karbon offset, pelaku juga usaha harus menyusun dokumen rencana aksi mitigasi (DRAM) atau Project Design Document (PDD) dan akan divalidasi oleh Validator. Hasil validasi dituangkan dalam laporan dan disampaikan kepada pelaku usaha. Pelaku usaha kemudian mencatatkan DRAM dan hasil validasi pada SRN PPI. Setelah itu, pelaku usaha dapat membeli karbon kredit di pasar karbon sukarela.

Implementasi karbon offset juga dapat dilakukan dalam berbagai proyek hijau. Namun seperti yang sudah dijelaskan di atas, proyek hijau yang bisa dimanfaatkan untuk karbon offset adalah yang sudah terdaftar pada sistem SRN PPI. 

Adapun sebagai gambaran, berikut adalah beberapa bentuk projek hijau karbon offset yang sudah umum dilakukan di luar negeri. Berikut uraiannya seperti dilansir EIC, Kamis (28/9/2023),

1. Reboisasi dan konservasi

Reboisasi dan konservasi telah menjadi skema penggantian kerugian yang sangat populer. Kredit dibuat berdasarkan karbon yang ditangkap oleh pohon-pohon baru atau karbon yang tidak dilepaskan melalui pohon-pohon tua. Proyek-proyek ini berbasis di seluruh dunia, mulai dari penanaman kembali hutan di Inggris, menanam kembali hutan bakau di Madagaskar, dan lainnya.

 

2. Energi terbarukan

Penyeimbangan energi terbarukan membantu membangun atau melakukan pemeliharaan pembangkit listrik bertenaga surya, angin, atau air di seluruh dunia. Dengan berinvestasi dalam proyek-proyek ini, perusahaan meningkatkan jumlah energi terbarukan di jaringan listrik, menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mendukung pertumbuhan global sektor ini.

 

3. Proyek komunitas

Proyek-proyek komunitas sering kali membantu memperkenalkan metode atau teknologi hemat energi kepada masyarakat yang belum berkembang di seluruh dunia. Ada banyak manfaat potensial dari proyek-proyek ini yang jauh melampaui kredit karbon.

Proyek-proyek seperti ini tidak hanya membantu membuat seluruh wilayah menjadi lebih berkelanjutan, tetapi juga dapat memberikan pemberdayaan dan kemandirian yang dapat mengangkat masyarakat dari kemiskinan.

 

4. Waste to energy

Proyek pengolahan sampah menjadi energi sering kali melibatkan penangkapan metana dan mengubahnya menjadi listrik. Kadang-kadang hal ini berarti menangkap gas TPA, atau di desa-desa yang lebih kecil, limbah manusia atau limbah pertanian. Dengan cara ini, proyek-proyek pengolahan sampah menjadi energi dapat memberikan dampak kepada masyarakat seperti halnya kompor yang efisien atau air bersih.

Salah satu proyek di Vietnam melatih penduduk setempat untuk membangun dan memelihara digester biogas yang mengubah sampah menjadi energi yang terjangkau, bersih dan berkelanjutan. Hal ini mengurangi metana yang dilepaskan ke atmosfer, dan membantu melindungi hutan lokal mereka yang jika tidak, akan habis karena mencari kayu bakar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement