Rabu 04 Oct 2023 19:31 WIB

Tinggal Di Wilayah Karhutla, Begini Cara Meminimalisasi Dampaknya

Untuk kurangi dampak asap, kurangi aktivitas di luar ruangan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Friska Yolandha
Foto udara jembatan Ampera yang tertutup kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Ahad (1/10/2023). Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika kualitas udara di Palembang berada di level berbahaya dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi di Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Foto udara jembatan Ampera yang tertutup kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Ahad (1/10/2023). Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika kualitas udara di Palembang berada di level berbahaya dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi di Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabut asap kembali melanda sejumlah wilayah di Sumatra. Dokter Spesialis Anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat, Dr Nastiti Kaswandani memberi tips untuk meminimalisasi dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Menurut dr Nastiti, cara paling baik untuk mengatasi atau meminimalisasi dampak karhutla adalah menghentikan kebakaran hutan. “Tetapi itu di luar kuasa kita ya,” ujarnya, Rabu (4/10/2023). 

Baca Juga

Pertama, dia mengungkapkan kalau bisa mengurangi paparan asap karhutla dengan tetap berada di dalam ruangan yang pintu dan jendelanya tertutup. Nyalakan AC dengan recirculate mode, lalu filternya harus diganti. 

Ketika anak berada di ruang di dalam rumah, maka ventilasi atau tempat-tempat masuknya udara harus ditutup sehingga debu tidak masuk ke dalam rumah. Kemudian juga ketika anak tetap tinggal di dalam rumah, sebisa mungkin di dalam rumah juga tidak ada asap-asap yang menambah beban saluran napas, misalnya memasak menggunakan briket arang atau menggunakan kayu bakar, atau merokok di rumah, atau membakar obat nyamuk, dan seterusnya. 

“Itu malah menyebabkan saluran napas anak menjadi terganggu karena asap yang dihasilkan di dalam rumah,” kata dr. Nastiti. 

Selain mengurangi aktivitas bermain di luar ruangan, hal kedua yang dapat dilakukan adalah boleh dilakukan pemasangan humidifier karena di luar rumah sudah terkontaminasi. Ketiga, anak jangan melakukan aktivitas berat. 

Aktivitas berat membuat relatif kebutuhan oksigen anak meningkat sehingga dapat timbul sesak napas. “Ketika udara kurang baik, kemudian aktivitasnya meningkat sehingga kebutuhan oksigennya meningkat, anak bisa mengalami sesak napas,” ujarnya. 

Keempat, sebisa mungkin menggunakan masker kalau harus ke luar rumah. dr. Nastiti menuturkan meskipun masker tidak bisa 100 persen menghalangi atau mencegah masuknya partikel halus yang ada di udara, paling tidak ia bisa mencegah partikel-partikel yang ukurannya lebih besar dan sekarang masker untuk anak sudah mudah didapatkan. Itu dapat membantu mengurangi paparan asap karhutla. 

Kelima, di dalam rumah anak sebaiknya minum yang cukup banyak, konsumsi makanan bergizi dan vitamin. Obat-obat penting juga harus disediakan untuk anak, misalnya ketika anak mengalami gangguan seperti demam atau diare. 

“Jangan lupa untuk meminimalisir penyakit infeksi yang timbul pada saluran napas, anak juga harus melengkapi imunisasi, karena banyak imunisasi yang melindungi anak dari penyakit-penyakit menular yang bisa menyebabkan radang paru atau pneumonia pada anak, terus makanan-makanan yang bergizi, bayi yang ASI tetap dilanjutkan ASInya, dan pola hidup bersih sehat, cuci tangan, hindari merokok juga tetap dilakukan,” katanya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement