Jumat 06 Oct 2023 12:32 WIB

Kaesang Temui Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ini yang Dibahas

Pertemuan digelar di Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Yogyakarta.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
 Ketum PSI, Kaesang Pangarep, usai menemui Ketum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, di Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Jumat (6/10/2023).
Foto: Silvy Dian Setiawan
Ketum PSI, Kaesang Pangarep, usai menemui Ketum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, di Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Jumat (6/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, menemui Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, Jumat (6/10/2023). Dalam pertemuan yang digelar di kantor pusat PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta tersebut, Kaesang menyebut tidak membahas terkait calon presiden (capres) maupun cawapres untuk Pemilu 2024.

"Enggak bahas capres, saya enggak berani," kata Kaesang seusai menemui Haedar di kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Jumat (6/10/2023).

Kaesang menuturkan bahwa ia dan Haedar lebih membahas terkait persoalan negara. Termasuk membahas bagaimana agama menjadi salah satu pondasi penting dalam berpolitik.

"Kami lebih (membahas) tentang negara, bagaimana agama itu menjadi salah satu pondasi kita dalam berpolitik," kata Kaesang.

Bahkan, Haedar juga dikatakan memberikan pesan kepada Kaesang. Kaesang juga menegaskan, tidak ada permintaan restu kepada Haedar terkait Pemilu 2024 nanti.

"Pesannya (Haedar) politik tetap mengedepankan sopan dan santun," ujarnya.

Pertemuan berlangsung singkat, sekitar pukul 9.00 WIB hingga 10.00 WIB. Dalam kunjungannya, beberapa kader PSI juga turut hadir, salah satunya Raja Juli Antoni yang merupakan sekjen PSI sekaligus wakil menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement