REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Ketua Gerakan Jihad Islam Palestina (JIP), Ziad al-Nakhala, mengeklaim kelompok itu telah menahan 30 orang Israel sebagai tawanan. Pernyataan ini diterbitkan di situs web Al Mayadeen Television, yang dikenal dekat dengan Hizbullah di Lebanon.
Dalam laporan tersebut, disampaikan total 30 warga Israel, termasuk tentara dan pemukim Israel, ditangkap oleh Gerakan Jihad Islam Palestina. al-Nakhala mengatakan warga Israel ini hanya bisa dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina.
Untuk diketahui, kelompok Palestina Hamas telah melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023). Mereka mengatakan operasi tersebut merupakan respons terhadap penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan pemukim.
Dilansir di Anadolu Agency, Senin (9/10/2023), mereka juga menyatakan telah menembakkan roket dan menangkap banyak warga Israel.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompok militan itu menahan lebih dari 100 orang, setelah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel. Dengan demikian, total tentara maupun warga Israel yang menjadi tawanan berjumlah 130 orang.
Pernyataan ini disampaikan Mousa Abu Marzouk, kepada outlet berita berbahasa Arab al-Ghad pada Ahad (8/10/2023). Dilansir di AP News, Jumlah tersebut merupakan tambahan dari lebih dari 30 orang yang telah ditahan oleh kelompok militan Jihad Islam Palestina.
Selama mengamuk di Israel selatan, para militan menyeret kembali puluhan tawanan ke Gaza, di antaranya wanita, anak-anak dan orang tua. Jumlah pasti mereka belum diketahui, sampai kedua kelompok militan tersebut mengumumkannya.
Sebagai pembalasan atas aksi tersebut, tentara Israel memulai Operasi Pedang Besi melawan Hamas, melancarkan serangan udara di Jalur Gaza. Pertempuran berlanjut di hari kedua kemarin, ketika Israel menyatakan keadaan perang dan melanjutkan serangan udara terhadap sasaran Hamas.
Di Amerika Serikat, baik pendukung Israel dan pendukung perjuangan Palestina mengadakan demonstrasi di beberapa kota. Mereka membahas mengenai konflik yang telah menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya di Timur Tengah.
Demonstrasi dan keterlibatan para pemimpin politik Amerika menunjukkan dampak luas dari konflik ini. Bahkan, hal tersebut telah mendorong Amerika memerintahkan pasukan angkatan laut dikerahkan ke Mediterania Timur, siap membantu Israel.
Di sisi lain, pemerintah Israel secara resmi telah menyatakan perang pada Ahad. Mereka bahkan memberikan lampu hijau untuk “langkah militer yang signifikan”, guna membalas serangan mendadak Hamas.
Pihak militer Israel kini tengah mencoba menghancurkan pejuang yang masih berada di kota-kota selatan dan mengintensifkan pemboman di Jalur Gaza. Jumlah korban melebihi 1.100 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka di kedua sisi.
Lebih dari 24 jam setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke luar Gaza, pasukan Israel masih bertempur dengan militan yang bersembunyi di beberapa lokasi pada Senin (9/10/2023) pagi.
Setidaknya 700 orang dilaporkan tewas di Israel, yang mana ini merupakan jumlah korban jiwa yang sangat besar dan belum pernah dialami negara ini selama beberapa dekade. Tidak hanya itu, lebih dari 400 orang tewas di Gaza.
Sumber: