Rabu 11 Oct 2023 00:04 WIB

Meresapi Kalam Illahi dari Hadirnya Panas, Hujan, dan Waktu

Perubahan cuaca beriringan dan tali temali dengan fenomena waktu.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Ladang di perbukitan kawasan Cimenyan, di Kabupaten Bandung, tampak merah akibat kemarau, Selasa (10/10/2023). Meski demikian umumnya lahan sudah dicangkul, menandakan para petani sudah siap menyambut musim tanam sayuran.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Ladang di perbukitan kawasan Cimenyan, di Kabupaten Bandung, tampak merah akibat kemarau, Selasa (10/10/2023). Meski demikian umumnya lahan sudah dicangkul, menandakan para petani sudah siap menyambut musim tanam sayuran.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perubahan cuaca beriringan dan tali temali dengan fenomena adanya siang dan malam (waktu). Mengapa Allah menciptakan perubahan musim? 

Salah satu elemen penting atas hadirnya perubahan cuaca adalah diciptakannya angin dan awan. Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran menjelaskan bahwa dalam Alquran penjelasan tentang angin (rih dan riyah) terulang sebanyak 29 kali yang tersebar di dalam 26 surat. 

Baca Juga

Terdapat 28 penyebutan kata angin dalam bentuk tunggal (rih) maka ia disebutkan dalam konteks adzab atau bencana. Sedangkan jika menggunakan bentuk jamak (riyah) maka yang dimaksud adalah rahmat. Contohnya adalah penyebutan angin yang bermakna adzab dan awan yang tidak membaawa hujan dapat dilihat dalam Alquran Surat Al Ahqaf ayat 24.

Allah SWT berfirman, "Falammaa ra awhu 'aaridam mustaqbila awdiyatihim qooluu haazaa 'aaridum mumtirunaa; bal huwa masta'jaltum bihii riihun fiihaa 'azaabun aliim."

Yang artinya, "Maka ketika mereka melihat adzab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." (Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih."

Dalam Alquran, terdapat beberapa fungsi angin. Yakni, angin membantu proses pembuahan dalam tumbuhan. Sebab di dalam  perkawinan tumbuh-tumbuhan diperlukan angin yang akan membantu proses pembuahan. Tanpa angin, pertumbuhan dan proses pembuahan dalam tumbuhan akan terhambat. 

Angin juga merupakan faktor penting dalam pembuahan kebanyakan jenis tanaman dalam pengetahuan para ahli botani hingga sekarang. Ternyata dalam Alquran telah disebutkan berabad-abad yang lalu bahwa angin berfungsi sebagai alat pembuahan. Di pihak lain, angin pun merupakan faktor penting yang mengendalikan awan. 

Angin menaburinya dengan nucleus (inti sel) dari kondensasi dan mengumpulkannya di angkasa menjadi hujan. Kemudian, angin menggerakkan awan berdasarkan interaksi angin dengan awan yang memiliki beberapa fungsi. 

Yakni menggerakkan permukaan air untuk menaikkan tetesan air di permukaan ombak, mnggerakkan awan setelah pembentukan dan penaikannya dengan mengambil uap air ke lapisan atas pada atmosfer, mengendalikan pergerakan awan secara perlahan, memisahkan awan yang membawa hujan dan mendistribusikan mereka di tempat yang berbeda. 

Angin juga berperan utama dalam terbentuknya curah hujan. Angin membantu dalam berkumpul dan naiknya awan, yang mana setelah awan itu terkumpul akan turun hujan untuk membasahi bumi. 

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar Rum ayat 48, "Allaahul lazii yursilur riyaaha fatusiiru sahaaban fa yabsutuhuu fis samaaa'i kaifa yashaaa'u wa yaj'aluhuu kisafan fataral wadqa yakhruju min khilaalihii fa izaaa asaaba bihii mai yashaaa'u min 'ibaadihiii izaa hum yastabshiruun."

Yang artinya, "Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira."

Selain itu, Allah juga mengingatkan manusia mengenai pergantian siang dan malam (waktu). 

Allah berfirman dalam Alquran Surat Al Isra ayat 12, "Wa ja'alnal laila wannahaara Aayatayni famahawnaaa Aayatal laili wa ja'alnaaa Aayatan nahaari mubsiratal litabtaghuu fadlam mir Rabbikum wa lita'lamuu 'adadas siniina walhisaab; wa kulla shai'in fassalnaahu tafsiilaa."

Yang artinya, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami), kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang, agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas."

Prof Quraish Shihab dalam buku Lentera Alquran menjelaskan, adanya pergantian hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, tak lain dan tak bukan karena adanya pergantian siang dan malam. 

Siang dan malam terjadi karena perputaran bumi pada porosnya yang bergerak dari barat ke timur, yang memberikan kesan kepada manusia seolah-olah matahari bergerak dari timur ke barat. 

Apabila matahari muncul di ufuk timur disebut hari telah siang dan apabila matahari terbenam di ufuk barat disebut hari telah malam. Pada saat matahari terbenam pada satu suatu saat, hingga matahari terbenam pada hari berikutnya disebut satu hari satu malam menurut kebiasaan dan anggapan dalam perhitungan tahun qamariah. 

Tetapi dalam perhitungan tahun syamsiyah, yang disebut sehari semalam ialah waktu dari pertengahan malam hingga pertengahan malam berikutnya. 

Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada di alam semesta seperti pergantian siang dan malam, dengan maksud agar manusia memikirkan dan merenungkan semua ciptaan-Nya. Bahwa pergantian waktu, cuaca, tak lain dan tak bukan adalah bentuk rahmat Allah kepada makhluk-Nya dan sekaligus sebagai renungan bagi manusia. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement