Kamis 12 Oct 2023 05:21 WIB
...

Mulai di GP Indonesia, Perebutan Juara Dunia MotoGP Musim Ini Bakal Kian Ketat

GP Indonesia adalah seri ke-15 dan jadi awal dari tiga seri secara beruntun.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Pembalap MotoGP Spanyol dari Prima Pramac Racing Jorge Martin (kiri) saat balapan MotoGP Jepang di Motegi, Prefektur Tochigi, Jepang, Ahad (1/10/2023). Pembalap Jorge Martin berhasil menjadi pemenang pada balapan MotoGP Jepang, diikuti oleh Francesco Bagnaia di tempat kedua.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pembalap MotoGP Spanyol dari Prima Pramac Racing Jorge Martin (kiri) saat balapan MotoGP Jepang di Motegi, Prefektur Tochigi, Jepang, Ahad (1/10/2023). Pembalap Jorge Martin berhasil menjadi pemenang pada balapan MotoGP Jepang, diikuti oleh Francesco Bagnaia di tempat kedua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua posisi teratas klasemen sementara pembalap hanya terpisah dengan jarak tiga poin setelah gelaran MotoGP musim ini telah menuntaskan 14 seri. Tinggal menyisakan enam seri terakhir, MotoGP musim ini pun mulai memasuki periode krusial dalam penentuan juara dunia kelas utama.

Dengan kata lain, hasil di enam seri terakhir akan menentukan peraih gelar juara dunia MotoGP musim ini. GP Indonesia, yang akan digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), rasanya akan diingat sebagai awal dari periode krusial dalam penentuan juara dunia kelas utama kejuaraan balap motor paling bergengsi sejagat itu pada tahun ini.

Baca Juga

Selisih tiga poin antara posisi kedua dengan pemuncak klasemen sementara pembalap, persaingan perebutan gelar juara dunia MotoGP musim ini pun digadang-gadang menjadi yang paling ketat dalam 30 tahun terakhir. Kondisi tidak jauh berbeda terjadi saat dua pembalap asal Amerika Serikat, Wayne Rainey dan Kevin Schwantz, bersaing dalam perebutan gelar juara MotoGP musim 1993.

Rainey, yang kala itu memperkuat Marlboro Yamaha, akhirnya harus rela melihat pembalap Lucky Striker Suzuki, Kevin Schwantz, menyabet gelar juara dunia kelas 500cc. Cedera fatal yang dialami Rainey pada seri ketiga terakhir musim 1993 membuatnya harus mengubur mimpi merebut gelar juara dunia kelas 500 cc.

Pada musim ini, persaingan sengit terjadi antara pembalap tim Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, dengan pembalap tim Prima Pramac, Jorge Martin. Bagnaia, yang berstatus sebagai juara bertahan MotoGP, akan datang ke Sirkuit Mandalika sebagai pemuncak klasemen sementara pembalap.

Pembalap asal Italia itu mengumpulkan 319 poin. Dari 14 seri pada musim ini, anak didik legenda MotoGP, Valentino Rossi, itu merebut podium tertinggi di lima seri. Catatan ini dilengkapi Pecco, panggilan Bagnaia, dengan keberhasilan finish di posisi kedua di dua seri, dan mengakhiri balapan di peringkat ketiga di satu seri.

Belum lagi dengan keberhasilan Bagnaia mendulang poin lewat sesi sprint race. Meski sempat mencatatkan inkonsistensi raihan hasil pada awal musim, pembalap berusia 26 tahun itu mampu bangkit dengan menempati podium di lima seri secara beruntun pada pertengahan musim ini.

Bagnaia pun digadang-gadang bakal mulus mempertahankan gelar juara dunia MotoGP pada musim ini. Namun, Martin muncul sebagai pesaing utama Bagnaia. Kegagalan Bagnaia finish di dua seri dalam empat seri terakhir sukses dimanfaatkan pembalap asal Spanyol tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, Martin selalu berhasil merebut satu posisi podium di empat seri terakhir, termasuk dua kali berada di podium tertinggi. Dua kali menyabet gelar juara di sesi balapan utama itu dilengkapi Martin dengan torehan kemenangan di sesi sprint race.

Rentetan kemenangan ini, termasuk di GP Jepang, dua pekan lalu, membuat Martin berhasil memangkas jarak poin dengan Bagnaia. Sempat tertinggal 10 poin di seri ke-10, yang digelar di Austria, pembalap berusia 25 tahun itu tinggal terpaut tiga poin dari Bagnaia. Ancaman dari Martin itu pun disadari sepenuhnya oleh Bagnaia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement