Jumat 13 Oct 2023 06:35 WIB

Kisah Jessica Wongso Kembali Viral, Dosen UMM Ini Ungkap Bahaya Sianida

Masyarakat biasanya mengenal garam sianida dengan sebutan potas.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sianida dengan mudah dapat berakibat fatal karena sianida dapat mencegah sel dalam tubuh untuk menggunakan oksigen.
Foto: ist
Sianida dengan mudah dapat berakibat fatal karena sianida dapat mencegah sel dalam tubuh untuk menggunakan oksigen.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Saat ini film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso menjadi pembicaraan masyarakat di Indonesia. Terlebih, film tersebut kembali mengingat masyarakat tentang kasus kematian yang disebabkan kopi sianida pada 2016 lalu.

Salah satu yang menarik perhatian adalah terkait sianida dan efeknya. Menanggapi rilisnya film dokumenter tersebut, dosen Farmasi UMM, Engrid Juni Astuti menjelaskan, sianida merupakan bahan kimia yang sangat beracun. "Dan dapat mengganggu seluruh sistem tubuh," ujarnya.

Dijelaskan, sianida mengandung ion yang mengandung CN- yang dapat membentuk asam dan garam. Senyawa ini sering digunakan diberbagai industri dan juga sebagai reagen dalam bahan kimia.

Selain itu, garam sianida juga sering digunakan masyarakat untuk menangkap ikan. Masyarakat biasanya mengenal garam sianida dengan sebutan potas.

Potas tersebut dilemparkan ke laut sehingga menyebabkan ikan-ikan mati dan mudah untuk dijaring.  Sianida juga sebenarnya terkandung secara alami di beberapa tanaman, seperti singkong, almond, dan biji apel.

Namun, selama tidak dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan diolah dengan baik, maka efeknya tidak membahayakan. Lalu, bagaimana sianida dapat beracun dan mematikan jika dikonsumsi oleh manusia? Engrid menjelaskan, dosis mematikan sianida adalah kurang lebih 50 hingga 75 miligram (mg).

Menurut dia, kandungan sianida dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang, dan parah. Kandungan yang ringan sekitar 0,5 hingga 1 ppm (mg per liter) sedang 1-2,5 ppm. Jika lebih dari 2,5 ppm, maka termasuk kategori parah dan dapat menyebabkan kematian.

Keracunan sianida disebabkan oleh ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen, bukan karena kurangnya pengiriman atau pasokan oksigen. Sianida mencegah sel menggunakan oksigen dengan menghambat fungsi oksidatif sitokrom oksidase mitokondria, yakni suatu enzim dalam rantai transpor elektron.

Sitokrom oksidase biasanya mengubah oksigen menjadi air pada akhir rantai transpor elektron. Metabolisme oksidatif menciptakan sejumlah besar ATP yang merupakan sumber utama energi seluler.

Sianida, yang memiliki struktur kimia mirip oksigen, berikatan dengan bagian besi dari sitokrom oksidase. Pengikatan sianida menghambat kemampuan sitokrom oksidase untuk menggunakan oksigen dan dengan demikian mengurangi produksi ATP.

Berkurangnya ketersediaan ATP menyebabkan disfungsi seluler dan kematian. Tanda dan gejala awal keracunan sianida akut mencerminkan upaya refleksi sistem pernapasan, neurologis, dan kardiovaskular untuk mengatasi kadar oksigen di dalam jaringan tubuh menurun.

Peningkatan sementara tekanan darah dan detak jantung, hiperventilasi, sesak napas, jantung berdebar, dan sakit kepala adalah tanda dan gejala awal umum keracunan sianida akut.

Gejala lanjut atau gejala keracunan parah mencerminkan depresi neurologis, pernapasan, dan kardiovaskular. Hal ini karena jaringan gagal mengompensasi ketidakmampuannya menggunakan oksigen.

"Koma, kejang, penurunan kesadaran, dan henti jantung pernafasan adalah tanda-tanda umum keracunan yang terlambat atau parah," ujar dia.

Keracunan sianida hanya bisa diatasi dengan bantuan medis. Pada umumnya, pasien akan diberikan alat bantu pernapasan serta obat yang mengandung amil nitrit dan natrium nitrit untuk mencegah efek keracunan yang lebih parah.

"Karena sifat toksisitas sianida yang progresif cepat, maka bantuan medis idealnya dilakukan di lokasi kejadian keracunan,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement