REPUBLIKA.CO.ID, ARRAS -- Seorang pria dengan pisau menikam seorang guru dan melukai dua orang lainnya dalam serangan di sebuah sekolah di kota Arras, Prancis utara, pada Jumat (13/10/2023). Penyelidikan kasus ini diserahkan ke kantor kejaksaan anti-terorisme.
Otoritas regional Pas-de-Calais menyatakan, tersangka penyerang telah ditangkap. Salah satu saudara laki-lakinya juga ditahan di dekatnya.
Tersangka adalah mantan siswa sekolah menengah Lycee Gambetta tempat serangan itu terjadi. Dia digambarkan oleh beberapa orang sebagai orang Chechnya kelahiran Rusia dan oleh yang lain sebagai Ingush kelahiran Rusia.
Sumber kepolisian menyatakan, pelaku pun termasuk dalam daftar orang-orang yang diawasi negara yang dikenal berpotensi menimbulkan risiko keamanan. 'Fiche S' berisi ribuan nama dan hanya sejumlah kecil yang dipantau secara aktif.
Sebuah sumber keamanan mengatakan, kakak laki-laki tersangka penyerang menjalani hukuman penjara karena memiliki hubungan dengan jaringan milisi Islam dan mengagung-agungkan tindakan teroris. Laporan BFM TV, pelaku berusia sekitar 20 tahun dan dia telah berada di Prancis sejak 2008.
“Kami semua terkejut,” kata guru filsafat Martin Doussau, yang dikejar oleh penyerang tetapi berhasil melarikan diri tanpa cedera setelah mengunci diri di sebuah ruangan.
Doussau mengatakan, dia menyaksikan penyerang mengejar juru masak sekolah di halaman saat istirahat antara dua kelas sebelum penyerang menghampirinya. “Saat saya pergi, saya menemukan salah satu rekan kami telah ditikam di arteri karotis dan meninggal di depan sekolah,” katanya.
BFM TV menyebutkan korban adalah seorang guru bahasa Prancis, sedangkan seorang guru olahraga ditikam dan terluka. Surat kabar regional La Voix du Nord melaporkan, guru tersebut dibunuh saat mencoba menghentikan penyerang untuk melakukan tindakan yang merugikan.
Saksi mata mengatakan dia tampaknya tidak ingin menyelesaikan dendam. “Dia sedang mencari guru sejarah,” kata guru Doussau.
"Itulah yang membuatku berpikir ini tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi, atau tentang penyelesaian balas dendam pribadi dengan seorang guru," ujarnya.
Peringatan keamanan juga kemudian dipicu di sekolah lain di Arras. Pria ketiga ditangkap dalam insiden itu, ketika dia mencoba memasuki sekolah dengan membawa paket mencurigakan.
Prancis telah menjadi sasaran serangkaian serangan selama bertahun-tahun. Peristiwa terburuk adalah serangan simultan oleh pria bersenjata dan pelaku bom bunuh diri di tempat hiburan dan kafe di Paris pada November 2015.
Menteri Pendidikan Prancis Gabriel Attal mengatakan, keamanan akan diperkuat di sekolah-sekolah di seluruh Perancis. Sedangkan Presiden Emmanuel Macron pergi ke lokasi penyerangan dan memberikan penghormatan kepada guru yang meninggal tersebut.
Dalam pidato nasional sehari sebelumnya, Macron mendesak Prancis untuk tetap bersatu dan tidak membawa pulang konflik Israel-Hamas. Sumber kepolisian mengatakan, tidak ada indikasi langsung mengenai hubungan antara serangan itu dan konflik antara Israel dan Hamas.