REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) masih yakin operasional Kereta Cepat Whoosh bisa mencapai break event point (BEP) atau balik modal dalam waktu sekitar 40 tahun. Pendapatan utama kereta cepat masih akan disumbang dari penjualan tiket penumpang.
Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi menyampaikan, KCIC akan menerapkan tarif dinamis yang dapat berubah-ubah. Bahkan, lebih murah dari Rp 300 ribu sesuai tarif resmi yang telah diumumkan untuk sekali perjalanan.
KCIC pun saat ini tengah menerapkan tarif promo sebesar Rp 150 ribu atau setengah dari harga normal hingga akhir November 2023 untuk menarik masyarakat agar mau menggunakan kereta cepat. Dengan strategi tersebut, Dwiyana meyakini target balik modal tetap bisa dicapai.
“Ya sekitar itulah, 40 tahun. Bahwa sekarang (tiket) Rp 150 ribu, kami pasti meminta persetujuan pemegang saham juga,” kata Dwiyana di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Soal jumlah penumpang, Dwiyana menyampaikan, KCIC tentunya agar setiap perjalanan dapat terisi 100 persen. Adapun kapasitas kursi dalam satu rangkaian sebanyak 601 kursi, terdiri atas 555 kelas premium ekonomi, 28 business class, dan 18 first class.
Pihaknya menargetkan sesuai hasil studi kelayakan, balik modal 40 tahun bisa dicapai bila dapat mengangkut sedikitnya 30 ribu penumpang per hari. Studi itu juga melihat dari pengalaman China Railway Design Corporation atau CRDC.
“Itu sudah luar biasa. Sebenarnya, harga tiket 150 ribu itu target pasarnya siapa sih? Kan pasti jalan raya (pengguna kendaraan pribadi),” ujarnya.
Hanya saja, perlu diketahui, kapasitas maksimal pengangkutan penumpang Kereta Cepat Whoosh saat ini masih belum mencapai 30 ribu. Pasalnya, Whoosh baru melayani 14 perjalanan per hari dari pukul 6.40 WIB sampai 8.50 WIB. Bila dikalkulasikan dengan total kapasitas tempat duduk, maka baru mencapai 8.400 per hari.
Dwiyana menambahkan, ke depan pendapatan kereta cepat tentunya tidak hanya disumbang dari penjualan tiket. Namun dapat diperoleh dari bisnis non operasional seperti tenant-tenant yang nantinya akan mengisi setiap stasiun.
Hanya saja, untuk tahap awal ini, perusahaan masih tetap fokus agar penjualan tiket dapat optimal dan memberikan pendapatan bagi KCIC. “Trennya tiket dulu, baru non tiket. Menata penjualan tiketnya kemudian bisa memberikan penumpang yang banyak, tentunya investor akan datang sendiri,” ujar Dwiyana.
Sebelumnya, Ekonom Senior Faisal Basri menyebut, Kereta Cepat tak akan balik modal hingga kiamat. Hal itu didasarkan oleh hitung-hitungan sederhana yang dilakukannya dari penjualan tiket.
Faisal menyampaikan, proyek Kereta Cepat Whoosh yang sudah dibangun sejak tujuh tahun lalu memakan investasi sebesar 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 114,4 triliun dengan kurs Rp 14.300 per dolar AS.
Pendapatan utama tentunya akan bersumber dari tiket penumpang. Adapun total kapasitas penumpang dalam satu rangkaian Kereta Cepat Whoosh sebanyak 601 penumpang dengan tarif Rp 300 ribu sekali jalan.
Faisal kemudian membuat simulasi dengan total 36 perjalanan sehari yang beroperasi sejak pukul 5.00 WIB hingga 22.00 WIB selama 365 hari atau setahun penuh tanpa henti.
Jika dikalkulasikan, total pendapatan Kereta Cepat Whoosh dari penjualan tiket penumpang bila habis terjual setiap hari selama setahun penuh mencapai Rp 2,369 triliun tanpa menghitung pendapatan non operasional.
“Total nilai investasi Rp 114 triliun, pendapatan dari penumpang Rp 2,369 triliun setahun. Jadi butuh waktu 48,3 tahun untuk mencapai nilai investasi (balik modal),” kata Faisal dalam sebuah diskusi di Universitas Paramadia yang ditayangkan secara virtual, Selasa (17/10/2023).
Namun, perhitungan tersebut belum memasukkan nilai mata uang yang berubah akibat waktu. Juga belum memperhitungkan ongkos operasional yang harus dikeluarkan, tanpa membayar bunga utang pinjaman.
Waktu pengembalian balik modal bahkan bisa lebih lama, yakni mencapai 64 tahun jika tempat duduk hanya terisi 75 persen dengan 36 perjalanan sehari.
Simulasi lainnya, kereta cepat butuh waktu 139 tahun untuk balik modal bila hanya melayani 30 perjalanan dengan jumlah penumpang hanya mencapai 50 persen. “Makanya saya katakan, kiamat itu (bisa sampai) 139 tahun,” kata Faisal.