Jumat 20 Oct 2023 16:03 WIB

Dolar Terlalu Perkasa, Rupiah Melemah Lagi Hari Ini

Perang antara Rusia dan Ukraina juga melengkapi kekhawatiran pasar.

Karyawan menghitung mata uang dolar AS.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menghitung mata uang dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini relatif lebih baik dibandingkan mata uang sejumlah negara lain di kawasan Asia dan global.

“Namun, bagi masyarakat pelemahan mata uang rupiah yang terus menerus akan berdampak terhadap kenaikan harga-harga, salah satunya harga komoditas dan akan berpengaruh terhadap menurunnya daya beli sehingga konsumsi masyarakat akan menurun,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat (20/10/2023).

Baca Juga

Untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dinilai harus bahu-membahu melakukan pencegahan dengan melakukan strategi bauran ekonomi lebih banyak lagi agar bisa menahan gelombang eksternal yang luar biasa.

Pengaruh eksternal tersebut berasal dari kekhawatiran pasar terhadap perang Palestina melawan Israel, sehingga membuat sebagian besar pedagang mewaspadai aset-aset berisiko, terutama di tengah potensi penyebaran konflik yang lebih besar di kawasan Timur Tengah. Perang antara Rusia dan Ukraina juga melengkapi kekhawatiran pasar.

“Tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, agar sejalan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation,” kata Ibrahim.

Di samping intervensi di pasar valuta asing (valas), BI disebut akan mempercepat upaya pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valas. Hal ini termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan penerbitan instrumen-instrumen lain untuk meningkatkan mekanisme pasar.

Selain itu, BI bakal hendak meningkatkan dan memperluas koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha dalam implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Menurut Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, rupiah melemah terhadap dolar AS karena indikasi kebijakan suku bunga tinggi bank sentral AS.

“Semalam, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell memberikan sinyal bahwa kebijakan suku bunga tinggi masih diperlukan untuk menurunkan inflasi AS ke level 2 persen. Tapi, Powell juga memberikan indikasi bahwa The Fed tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan lagi karena tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi di AS sudah membantu meredam inflasi,” ucapnya.

Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 58 poin atau 0,36 persen menjadi Rp 15.873 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.815 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut melemah ke posisi Rp 15.856 dari sebelumnya Rp 15.838 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement