REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani dikenal sebagai ulama dan pejuang yang melawan kolonialisme Belanda di bumi Nusantara. Ulama yang melawan penjajahan itu juga bernama Syekh Yusuf Tuanta Salamaka, saat kecil diberi nama Muhammad Yusuf oleh Sultan Gowa.
Syekh Yusuf Al-Makasari lahir di Kerajaan atau Kesultanan Gowa pada 1036 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1626 Masehi. Gowa adalah sebuah kerajaan yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya daratan selatan dan pesisir barat yang didiami oleh suku Makassar.
Syekh Yusuf Al-Makasari mendapatkan pendidikan agama sejak usia 15 tahun dari Daeng Ri Tassamang, guru kerajaan Gowa. Kemudian berguru ke Sayyid Ba Alawi bin Abdul Al-Allamah Attahir dan Sayyid Jalaludin Al-Aidid.
Syekh Yusuf di usia 18 tahun menikahi putri Sultan Gowa, kemudian Syekh Yusuf hijrah ke Aceh dan Banten. Di Banten, Syekh Yusuf Al-Makasari bersahabat dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
Di Aceh, Syekh Yusuf Al-Makasari berguru dengan Syekh Nuruddin Ar-Raniri dan mendalami Tarekat Qadariyah. Dari situlah Syekh Yusuf mempelajari Tarekat Qadariyah, yang menempa dirinya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Syekh Nuruddin Ar-Raniri memiliki nama lengkap Nur al-Din Muhammad bin Ali Hasanji bin Muhammad Hamid Ar-Raniri al-Quraisy Asy-Syafi'i. Ia dipanggil Ranir karena dilahirkan di daerah Ranir kota pelabuhan tua di pantai Gujarat (India).
Syekh Nuruddin Ar-Raniri tidak hanya menyebarkan tarekat Rifaiyyah saja melainkan juga mempunyai silsilah inisiasi dari tarekat Aydarusiyyah dan tarekat Qadariyyah. Ba Syaiban adalah guru Syekh Nuruddin Ar-Raniri yang paling terkenal. Setelah beberapa tahun mengajar agama dan diangkat sebagai seorang Syekh Tarekat Rifaiyyah di India, ia mulai merantau ke Nusantara dengan memilih Aceh sebagai tempat menetap.
Syekh Nuruddin Ar-Raniri menetap di Aceh hanya selama tujuh tahun, dari masa kesultanan Iskandar Tsani sampai masa kesultanan Safiyyat Al-Din. Demikian penjelasan singkat satu dari sekian banyak guru Syekh Yusuf Al-Makasari, dikutip dari berbagai sumber.
Pada tahun 1644, Syekh Yusuf Al-Makasari menunaikan ibadah haji dan tinggal di Makkah. Syekh Yusuf belajar kepada Syekh Abdullah Muhammad bin Abdul Al-Baqqi di Yaman, dan di Damaskus kepada Syekh Abu Al-Barakat Ayyub Bin Ahmad Bin Ayyub Al-Khalwati Al-Quraisy. Syekh Yusuf sekitar 20 tahun belajar mencari ilmu di Timur Tengah.
Mengenai perlawanan Syekh Yusuf Al-Makasari kepada penjajah, terjadi saat beliau tinggal di Banten. Ketika terjadi peperangan dengan kompeni Belanda, Syekh Yusuf, bersama Pangeran Purbaya dan Pangeran Kulon memimpin perlawanan menghadapi kaum kafir Belanda yang menjajah bumi Nusantara.