Rabu 25 Oct 2023 13:49 WIB

Pasar Saham Mulai Optimistis Ditopang Bangkitnya Ekonomi China 

Bangkitnya perekonomian China disebut menjadi sentimen positif bagi pasar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan melanjutkan kenaikannya pada hari ini, Rabu (25/10/2023). Sinyal bangkitnya perekonomian China disebut menjadi sentimen positif bagi pasar. Kemarin, IHSG pun ditutup melonjak sebesar 0,98 persen setelah terpangkas 1,57 persen pada perdagangan hari sebelumnya.

Badan legislatif China akhirnya menyetujui rencana untuk menaikkan rasio defisit fiskal pada 2023, dari sebelumnya tiga persen menjadi 3,8 persen dari PDB. China juga berencana untuk menerbitkan obligasi negara dengan nilai satu triliuan yuan atau 137 miliar dolar AS pada kuartal IV 2023. 

Baca Juga

Penerbitan surat utang tersebut bertujuan untuk mendorong perekonomian agar dapat berjalan lebih cepat lagi. Rencana tersebut pun mendapat respons positif dari pelaku pasar. 

"Pelaku pasar dan investor senang pada akhirnya kembali mendapatkan momentum untuk bangkit dengan stimulus yang sudah disiapkan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.

Dari dalam negeri, pergerakan IHSG ditopang optimisme pasar terhadap pemberian insentif pajak pertambahan nilai (PPN) di sektor properti. Insentif itu berupa PPN yang ditanggung pemerintah 100 persenbagi pembelian rumah di bawah Rp 2 miliar.

Tidak hanya bantuan PPN, masyarakat berpenghasilan rendah alias MBR juga mendapatkan insentif untuk pengurusan administrasi rumah baru mulai dari BPHTB dan lain-lain senilai Rp 4 juta. Insentif ini akan berlaku hingga Juni 2024, yang bertujuan untuk mendorong ekonomi dalam negeri di tengah tren suku bunga tinggi. 

Setelah Juni 2024, pemerintah akan memangkas besaran PPN DTP menjadi hanya maksimal 50 persen. Pemberian insentif tersebut didasari oleh pertimbangan sektor properti merupakan salah satu sektor strategis dalam perekonomian. Sektor ini memiliki dampak pengganda yang tinggi serta kapasitas penyerapan tenaga kerja yang masif. 

Di sisi lain, sektor properti juga memiliki keterkaitan erat dengan berbagai sektor lainnya seperti sektor konstruksi, real estat, industri bahan bangunan, serta jasa-jasa terkait. Selain itu, sektor properti juga memiliki peranan krusial dalam mendorong kesejahteraan masyarakat, terlebih penyediaan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat merupakan aspek penting dalam agenda pembangunan nasional. 

Nico melihat, hal ini akan memberikan sentimen positif terhadap sektor sektor tersebut secara jangka pendek. Pada perdagangan kemarin, Selasa (24/10/2023), investor pun memburu saham-saham properti. PWON melompat 5,03 persen, BSDE menguat 4,12 persen, dan CTRA naik 3,54 persen, 

"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 6.800-6.840," kata Nico.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement