Kamis 26 Oct 2023 09:32 WIB

Penulis Ternama Palestina Gugur dalam Pengeboman Israel di Gaza Selatan

Banyak orang yang memberikan penghormatan kepada sang penulis di media sosial.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina mencari mayat dan korban di reruntuhan bangunan tempat tinggal yang rata akibat serangan udara Israel, di kamp pengungsi Khan Younis di Jalur Gaza selatan,  Kamis (19/10/2023).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina mencari mayat dan korban di reruntuhan bangunan tempat tinggal yang rata akibat serangan udara Israel, di kamp pengungsi Khan Younis di Jalur Gaza selatan, Kamis (19/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --  Militer Israel memperingatkan lebih dari satu juta warga Palestina di wilayah utara Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan menuju ke selatan demi keselamatan mereka sendiri. Ratusan ribu orang melakukan evakuasi, dan di antara mereka adalah novelis dan penyair Palestina Heba Abu Nada, yang mencari perlindungan di rumah kerabatnya di Khan Younis.

Namun Gaza selatan tidak lebih aman dibandingkan bagian utara. Seminggu setelah mengungsi Abu Nada yang berusia 32 tahun itu meninggal dunia dalam serangan Israel.

Baca Juga

“Bagi Tuhan, kami di Gaza adalah para martir atau saksi pembebasan, dan kami semua menunggu untuk melihat di mana kami akan berada. Kami semua menunggu, ya Tuhan,” ujar Abu Nada pada tanggal 20 Oktober, pada hari ketika dia gugur.

Abu Nada ikut menulis tiga kumpulan puisi. Pada  2017 ia memenangkan tempat kedua dalam Penghargaan Sharjah untuk Kreativitas dalam kategori novel untuk debutnya Oksigen bukan untuk orang mati. Dia juga memenangkan tempat pertama untuk kategori cerita pendek dalam kompetisi yang diambil dari nama penulis Palestina, Nahid al-Rayyes.

Selain perjalanan sastranya, Abu Nada memiliki latar belakang biokimia dan pendidikan. Dia sedang mengerjakan tesis untuk gelar masternya di bidang nutrisi klinis.

Abu Nada adalah pemimpin Klub Sains di Rasel Center for Gifted Children. Dia kerap mengunggah tentang keterlibatan pekerjaannya dengan anak-anak, mulai dari membuat keterampilan, dan kedekatannya dengan anak-anak.

Banyak orang yang memberikan penghormatan kepada Abu Nada di media sosial. Bahkan ada yang menjulukinya sebagai "putri Gaza", "pejuang harapan", dan "penulis istimewa".

Yasser Shahin, salah satu profesornya, berduka atas kehilangan seorang siswa hebat dan seorang penulis yang pernah berkolaborasi dengannya dalam film baru berjudul Ayla. Salah satu teman Abu Nada, Aya, membagikan tangkapan layar percakapan mereka sebelumnya. 

Dalam pesannya, Abu Nada mengungkapkan kebahagiaannya karena temannya akan menikah dan meninggalkan Gaza. "Saya berharap saya bisa bepergian dan keluar dari penjara ini segera," ujar Abu Nada, dikutip Middle East Eye, Selasa (24/10/2023).

Sehari sebelum dia terbunuh, Abu Nada berduka atas teman-temannya yang terbunuh satu demi satu dalam serangan Israel. "Daftar teman-temanku menyusut, dan berubah menjadi peti mati kecil, tersebar di sana-sini. Aku tidak bisa menangkap teman-temanku yang terbang mengejar misil. Ini bukan sekadar nama, inilah kami, dengan wajah dan nama yang berbeda,"  ujar Abu Nada.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement