REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza merilis nama-nama lebih dari 7.000 warga Palestina yang menjadi syahid dalam serangan Israel di Gaza, selama hampir tiga pekan ini. Nama-nama korban sipil yang meninggal ini menunjukkan kisah pilu di balik setiap angkanya, yang mungkin terus bertambah karena Israel tak berhenti melakukan serangannya di Gaza.
Langkah ini diambil Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, sebagai bentuk pembuktian di tengah keraguan AS dan Barat atas jumlah korban jiwa di Gaza, Palestina.
Sebagaimana diketahui, AS terus menyatakan keraguannya atas jumlah korban tewas di wilayah kantong Palestina yang terkepung itu. Bahkan keraguan itu disampaikan langsung oleh Presiden AS Joe Biden.
Dalam salah satu kesempatan di Washington, Biden ditanya saat konferensi pers di Gedung Putih apakah jumlah korban tewas itu berarti Israel mengabaikan himbauan AS, untuk meminimalisir korban warga sipil dalam pembomannya di Gaza.
"Saya tidak yakin bahwa Palestina mengatakan yang sebenarnya tentang berapa banyak orang yang meninggal," katanya. "Saya yakin banyak orang tak berdosa yang terbunuh, dan itu adalah harga yang harus dibayar dalam sebuah peperangan. Tapi saya tidak percaya dengan angka yang digunakan Palestina," ujar Biden dilansir Aljazirah.
Dengan dirilisnya daftar korban jiwa ini dari lembaga resmi, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, diharapkan bisa membungkam tuduhan Biden tersebut. Daftar ini sudah mencakup 6.747 orang yang terbunuh dalam serangan Israel, termasuk 2.665 diantaranya anak-anak. Sementara itu, sebanyak 529 mayat lainnya masih harus diidentifikasi, kementerian menambahkan.
Israel telah melancarkan serangan udara tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh pejuang Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober lalu. Secara total lebih dari 8.400 orang meninggal dalam konflik tersebut, termasuk setidaknya 7.028 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.
Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza telah kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, dan konvoi bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari yang dibutuhkan.
Utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyampaikan pidato yang emosional di Majelis Umum PBB. Ia mendesak negara-negara anggota untuk "menghentikan pembunuhan" di Gaza.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa serangan ke Gaza akan terus berlanjut sementara militer bersiap untuk "langkah selanjutnya".