Sabtu 28 Oct 2023 12:32 WIB

Dihantam Pandemi, PPHI Yakinkan Pariwisata Halal Indonesia Tetap Tangguh

Pandemi tak menghalangi Indonesia tetap di peringkat pertama penilaian GMTI.

Red: Fuji Pratiwi
Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia Riyanto Sofyan memberikan sambutan pada Indonesia Halal Tourism Conference dalam rangkaian ISEF di JCC, Senayan.
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia Riyanto Sofyan memberikan sambutan pada Indonesia Halal Tourism Conference dalam rangkaian ISEF di JCC, Senayan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) meyakinkan pariwisata Indonesia tetap tangguh meski sempat dihalau pandemi Covid-19.

Ketua PPHI Riyanto Sofyan menyampaikan, PPHI didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bank Indonesia, dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menjadi garda terdepan dalam pengembangan Pariwisata Ramah Muslim (MFT) di Indonesia sejak 2012. Pertumbuhan MFT di Indonesia sungguh luar biasa sejak 2012 meski harus terpukul pada 2020 akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga

"Meski demikian, kami bisa pulih cepat dan kembali ke peringkat pertama dalam MasterCard Crescentrating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 yang diluncurkan pada Juni lalu di Singapura," kata Riyanto mengawali The 5th Halal Tourism Summit yang bagian Indonesia Shari'a Economic Festival di JCC, Jakarta, baru-baru ini.

Kata Riyanto, MasterCard Crescentrating Global Muslim Travel Index (GMTI), adalah tolok ukur global yang telah PPHI manfaatkan dalam pengembangan pariwisata ramah Muslim berkelanjutan di Indonesia. Tolok ukur untuk meningkatkan daya saing industri dan destinasi sejak Indonesia meluncurkan Wisata Ramah Muslim Indonesia (IMTI) di Surabaya, Jawa Timur, pada Desember 2012.

IMTI menggunakan kerangka ACES CrescentRating, yang digunakan di MasterCard pada GMTI, untuk menilai setiap provinsi di Indonesia dalam aspek fasilitas dan layanan pariwisata yang ramah Muslim. Kerangka kerja strategis ini membantu meningkatkan penawaran pariwisata dimana laporan ini mengidentifikasi bidang-bidang utama yang memerlukan perhatian bagi Indonesia untuk mempertahankan kepemimpinannya dalam pariwisata ramah Muslim.

Tema The 5th Halal Tourism Summit tahun ini adalah Berinovasi untuk Lanskap Baru Pariwisata Ramah Muslim: Menyatukan Teknologi Digital, Kecerdasan Buatan, dan Inisiatif Keberlanjutan.

Tujuan dari Summit ini adalah untuk menyediakan platform dinamis dan kolaboratif yang mengadopsi inovasi, pertukaran pengetahuan, dan kemitraan strategis di sektor pariwisata dan industri gaya hidup halal. Summit ini juga untuk memberdayakan pemangku kepentingan, menginspirasi kepemimpinan pemikiran, dan mendorong transformasi positif menuju ketahanan dan meningkatkan daya saing industri serta destinasi baru dalam lanskap industri pariwisata pascapandemi.

Langkah utamanya dengan mengatasi permasalahan tantangan dan meraih peluang besar pasar pariwisata ramah Muslim dengan pertumbuhan tinggi ini. "Pasar pariwisata ramah Muslim telah menjadi salah satu sumber utama wisatawan internasional, bukan niche market lagi," ujar Riyanto.

PPHI, lanjut Riyanto, berharap dengan segala kegiatan sepanjang The 5th Halal Tourism Summit dapat menginspirasi inovasi dalam memberikan upaya kolektif mempercepat transformasi menuju ketahanan. Juga dalam meningkatkan daya saing industri serta destinasi dalam lanskap baru industri pariwisata.

"Apresiasi setinggi-tingginya kami sampaikan semua pihak yang telah berpartisipasi dan mendukung acara ini," ungkap dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement