REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- PT Ajinomoto Indonesia meresmikan pengoperasian biomass steam boiler sebagai bagian dari transisi energi menuju industri hijau. Direktur Ajinomoto Indonesia, Samsul Bakhri menjelaskan, dengan dioperasikannya biomass steam boiler, maka perusahaan mengganti sebagian bahan bakar steam boiler di pabrik Mojokerto dari semula menggunakan batu bara menjadi biomassa seperti pelet kayu, serbuk kayu, dan cangkang sawit.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kita peduli dengan lingkungan, apalagi lingkungan menjadi isu global," ujarnya. Dijelaskan, biomassa yang dibutuhkan untuk pengoperasian biomass steam boiler tersebut sekitar 130 hingga 150 ton per hari.
Penggunaan biomasa tersebut diperkirakan akan menurunkan emisi karbon hingga 36 persen. "Ke depan kita juga akan menurunkan lagi emisi dari mesin-mesin kita yang lain sehingga harapannya pada 2030 Ajinomoto bisa menurunkan emisi hingga 60 persen," kata dia.
Konversi batu bara ke biomassa tersebut menjadi bagian dari slogan Health Provider yang juga baru diluncurkan. Presiden Direktur Ajinomoto Indonesia, Shinichi Matsumoto mengatakan Ajinomoto sebagai industri bahan makanan tidak hanya menciptakan nilai ekonomi tetapi juga ingin meningkatkan nilai sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
"Ajinomoto berkomitmen untuk mencapai hasil pada 2030 yakni di bidang kesehatan dengan membantu memperpanjang harapan hidup sehat bagi satu miliar orang melalui produk yang lebih sehat. Dan di bidang lingkungan dengan mengurangi dampak lingkungan hingga 60 persen," kata Sinichi.
Deputi Direktur Pusat Industri Hijau Kemenperin, Achmad Taufik mengatakan, Ajinomoto merupakan salah industri yang sudah mulai berupaya menurunkan CO2. Bahkan, atas upaya-upaya yang dilakukan dalam proses transisi industri hijau tersebut, Ajinomoto mampu meraih penghargaan bintang 5.
"Saat ini upaya industri untuk menghijaukan industrinya sudah lumayan menuju ke sana. Kalau ekspektasi pemerintah inginnya lebih banyak, tetapi tidak buru-buru," jelasnya.