Rabu 08 Nov 2023 08:04 WIB

Ini Bukti Valid Bahaya Sampah Plastik di Sungai

Ketika plastik berakhir di air, permukaannya akan dikuasai mikroba.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Sampah plastik di sungai memungkinkan patogen berbahaya untuk berpindah ke hilirnya./ilustrasi
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sampah plastik di sungai memungkinkan patogen berbahaya untuk berpindah ke hilirnya./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sampah plastik di sungai memungkinkan patogen berbahaya untuk berpindah ke hilirnya. Hal ini diungkapkan dalam temuan sebuah studi baru yang diterbitkan pada Rabu (3/11/2023) lalu.

Penelitian tersebut berfokus pada satu sungai di Inggris, yang menemukan bahwa sampah plastik, tongkat kayu, dan air itu sendiri, merupakan tempat berkembang biaknya kelompok mikroorganisme.

Baca Juga

Kandungan mikroorganisme itu berpotensi menjadi reservoir bagi bakteri dan virus, yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia dan resistensi antibiotik.

“Temuan kami menunjukkan, bahwa plastik di perairan tawar berkontribusi terhadap pengangkutan patogen potensial dan gen resistensi antibiotik,” kata pemimpin studi dari Universitas Antofagasta Chili, Vinko Zadjelovic, melansir Phys, Rabu (8/11/2023).

Hal tersebut dapat berdampak tidak langsung namun signifikan terhadap kesehatan manusia. Resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang semakin meningkat. 

Pada 2019, infeksi terkait resistensi antibiotik diperkirakan telah membunuh 2,7 juta orang di seluruh dunia. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Microbiome, pada 2050 nanti, penyakit ini diperkirakan akan menyebabkan 10 juta kematian di seluruh dunia.

Ketika plastik berakhir di air, permukaannya akan dikuasai mikroba di dekatnya dalam hitungan menit. Para peneliti merendam sampel selama sepekan di Sungai Sowe Warwickshire dan West Midlands, Inggris, di hilir instalasi pengolahan air limbah.

Mereka menemukan perbedaan signifikan dalam komunitas mikroba bergantung pada bahan sampel. Air limbah perlu diolah dan didesinfeksi untuk mengurangi bahaya mikroba dan dampak buruk apa pun terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Namun, sampel air yang dikumpulkan para peneliti pada Februari 2020 mengandung patogen manusia seperti Salmonella, Escheria yang paling dikenal sebagai E Coli, dan Streptococcus yang menyebabkan radang tenggorokan. “Hal tersebut menggarisbawahi perlunya pemantauan yang lebih ketat terhadap instalasi pengolahan air limbah,” kata Zadjelovic.

Sementara itu, sampel plastik dan kayu menarik ‘bakteri oportunistik’ seperti Pseudomonas aeruginosa, dan aeromonas, yang diketahui menimbulkan risiko bagi orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

P aeruginosa yang menyebabkan infeksi pada pasien rumah sakit, ditemukan hampir tiga kali lebih banyak jumlahnya pada plastik lapuk yang dimanipulasi oleh para peneliti agar menyerupai cara plastik terurai di alam, jika dibandingkan dengan kayu.

Plastik lapuk juga menunjukkan banyaknya gen yang bertanggung jawab atas resistensi antibiotik. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan-perusahaan air Inggris mendapat kecaman karena pemompaan limbah mentah ke saluran air Inggris dan tidak dilaporkannya kejadian polusi, sehingga memicu kemarahan masyarakat luas.

Sungai adalah jalan utama masuknya plastik ke lautan di dunia, menyalurkan antara 3,5 ribu metrik ton hingga 2,41 juta metrik ton bahan buatan manusia ke laut setiap tahunnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement