Sabtu 11 Nov 2023 21:22 WIB

Berkat Program Makmur, Produktivitas Petani Naik Meski Pakai Pupuk Nonsubsidi

Produktivitas tanaman padi para petani rata-rata mengalami kenaikan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi Program Makmur.
Foto: Dok Pupuk Kujang
Ilustrasi Program Makmur.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Para petani padi dan jagung berhasil menaikkan produktivitas komoditas tersebut setelah mengikuti Program Makmur yang dijalankan oleh Pupuk Indonesia bersama para BUMN terkait. Meskipun para petani yang tergabung menggunakan pupuk nonsubsidi yang jauh lebih mahal, petani tetap mencatat kenaikan pendapatan. 

 

Baca Juga

Berdasarkan Laporan Kinerja Program Makmur per 9 November 2023, realisasi program Makmur dengan peningkatan realisasi tanam mencapai 67 persen atau sudah lebih dari 300 ribu hektare yang menjangkau lebih dari 90 ribu petani. Badan Pangan Nasional mencatat, produktivitas tanaman padi para petani rata-rata mengalami kenaikan meningkat sebesar 13 persen. Selain itu, petani jagung juga mampu menaikkan produtivitas sebesar 12 persen, dan tebu 3 persen. 

Sementara itu, pendapatan petani padi pun meningkat sebesar 13 persen untuk padi, 15 persen untuk jagung, dan 5 persen untuk tebu. “Lewat Makmur juga terbukti walaupun petani menggunakan pupuk nonsubsidi, penghasilan dan keuntungan mereka bertambah sehingga ikut meningkatkan pendapatannya," kata Rahmad di Karawang, Jawa Barat, Sabtu (11/11/2023). 

Untuk menambah jangkauan dan efektivitas Program Makmur, Pupuk Indonesia meluncurkan dan melantik Taruna Makmur, yakni para mahasiswa dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang akan bertugas menjadi penyuluh petani. 

“Nantinya, para Taruna Makmur ini akan memberikan pendampingan budidaya dan memberikan layanan agronomis bagi petani yang bergabung pada Program Makmur,” kata Rahmad. 

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menuturkan, ekosistem pangan yang dibangun melalui Program Makmur menjadi program yang membuat ketahanan pangan nasional jadi lebih kuat. 

Sebab, ekosistem pangan dari hulu ke hilir menjadi sangat baik. Pasalnya, petani mendapatkan pendampingan dari persiapan tanam, proses budi daya, permodalan perbankan, pascapanen, hingga pemasaran. 

“Dulu di awal-awal kita mulainya 50 ribu hektare, 100 ribu hektare, hingga sekarang bisa mencapai 360 ribu hektar. Itu capaian yang baik yang harus terus kita bangun karena tentunya ini akan dapat memberikan dampak yang kuat bagi ketersediaan pangan,” kata Arief. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement