REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kabinet Keamanan Israel menyetujui perintah untuk menutup siaran dan operasi stasiun berita satelit Lebanon, Al Mayadeen, yang pro-Hizbullah di Israel. Permintaan untuk menutup stasiun tersebut dibuat oleh Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi.
Karhi sebelumnya mengatakan dikutip dari Times of Israel, siaran Al Mayadeen melayani kepentingan musuh Israel dan membahayakan keamanan nasional Israel. Permintaan Karhi pun akhirnya disetujui oleh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan kabinet keamanan.
“Israel sedang berperang. Di darat, di udara, di laut, di dunia maya, dalam spektrum elektromagnetik, dan dalam kesadaran [publik],” kata Karhi.
Perintah Israel memblokir operasi daring Al Mayadeen di Israel pun telah dikeluarkan. Perintah untuk menyita peralatan penyiaran akan dikeluarkan pada Senin (13/11/2023).
“Siaran seperti ini mengidentifikasi musuh, sekaligus merugikan keamanan negara dan akan diblokir. Siaran dan laporan di saluran Al Mayadeen ditujukan untuk organisasi-organisasi teroris yang tercela, dan sudah waktunya untuk mengambil tindakan terhadap mereka," ujar Karhi.
Karhi juga meminta panglima militer Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat untuk menutup kantor Al Mayadeen di sana. Perintah untuk menutup Al Mayadeen adalah keputusan pertama yang dibuat sejalan dengan tindakan sementara yang disetujui bulan lalu. Aturan tersebut memungkinkan menteri komunikasi untuk menutup media asing yang dianggap membahayakan keamanan nasional.
Karhi juga berupaya menutup saluran Aljazirah yang berbasis di Qatar karena alasan yang sama. Namun, tampaknya pemerintah memberi isyarat akan menunda ancaman penutupan media tersebut.
Ketika ditanya mengapa Aljazirah tidak disebutkan dalam keputusan kabinet keamanan Israel, juru bicara Kementerian Komunikasi mengatakan, tindakan itu belum dibahas oleh kabinet keamanan.
Karhi mengatakan pada 15 Oktober, akan meminta persetujuan kabinet untuk menutup operasi lokal Aljazirah. Dia menuduh stasiun tersebut melakukan hasutan pro-Hamas dan membuat tentara Israel terkena serangan.
Aljazirah dan pemerintah di Qatar pada saat itu menahan diri untuk tidak menanggapi tuduhan tersebut. Media Israel sejak itu mengutip pejabat pemerintah Netanyahu yang tidak disebutkan namanya mengatakan, bahwa ini adalah waktu yang tidak tepat untuk bertindak melawan media terkemuka Qatar.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengatakan, bahwa dia masih mendukung tindakan keras terhadap Aljazirah. "Saya telah menyatakan pendapat dan posisi saya mengenai masalah ini," ujarnya Ketika ditanya apakah hal itu memungkinkan secara diplomatis dalam sebuah wawancara di radio Kan.