REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaffa Orange merupakan merek dagang penting dalam sejarah Palestina. Jaffa sendiri mengacu pada sebuah kota di Palestina, yang terkenal dengan budi daya buah jeruk ini selama ratusan tahun, hingga menjadi identik dan terkait erat dengannya.
Namun, karena Israel berusaha menghapus sejarah Palestina, mereka merampas “Jeruk Jaffa” sebagai bagian dari proyek permanennya untuk mencuri warisan, sejarah, dan peradaban. Ada jutaan buah jeruk Jaffa yang telah diekspor ke luar negeri, sebelum pasarnya menurun.
Pendudukan mencoba mempromosikan sektor pertanian secara global, menghubungkan jeruk Jaffa dengan sektor tersebut, dan mengambil nama tersebut dari konteks sejarah yang panjang.
Namun, seperti yang disampaikan Ghassan Kanafani dalam bukunya The Land of Sad Oranges, yang mengutip kata-kata seorang petani Palestina, bahwa jeruk akan layu jika tangan yang memegangnya berubah.
Jeruk Jaffa Palestina bukan sekadar buah, melainkan simbol nasional Palestina. Orang Palestina telah menanamnya di sepanjang pantai negara tersebut selama ratusan tahun. Jeruk jaffa telah menjadi produk favorit orang Amerika, Eropa, dan Amerika karena perbedaannya dengan jeruk lainnya.
Budi daya jeruk di pinggiran Kota Jaffa ini dimulai pada 4.000 SM, ketika Jaffa masih menjadi Kota Kanaan. Namun ada referensi yang berbeda mengenai hal ini.
Jeruk juga ditanam di Suriah, Lebanon, Irak, Yordania, dan Turki. Tetapi jeruk yang ditanam di Jaffa berbeda dari semua jenis jeruk. Kulitnya yang tebal dapat mengawetkan buah dalam waktu yang lama sehingga ideal untuk diekspor dan juga sangat berair. Sari buahnya cerah serta memiliki rasa manis.
Selama musim jeruk...