Selasa 21 Nov 2023 15:53 WIB

Fenomena Anak Muda di AS Mendadak Banyak yang Mendalami Alquran dan Kesimpulan TikTok

Kalangan muda di AS membaca Alquran untuk memahami perlawanan Muslim Palestina.

Red: Andri Saubani
TikTok belakangan menjadi aplikasi yang banyak menayangkan konten perlawanan muslim Palestina di Gaza. (ilustrasi)
Foto:

Sylvia Chan-Malik adalah seorang lulusan sekolah menengah saat peristiwa 9/11 pada 2001. Saat itu, kebencian terhadap Muslim meroket dan bahasa xenofobia digunakan oleh media. 

“Saya sangat tertarik dengan apa yang terjadi saat itu, membandingkannya dengan sejarah warga Amerika keturunan Jepang setelah peristiwa Pearl Harbor," kata Chan-Malik. “Saya kemudian mulai mendalaminya, bertemu dengan orang-orang Islam yang sebenarnya, dan saya terkejut saat membuat PR tentang Islam."

Chan-Malik pun kemudian menjadi mualaf. Dia sekarang menjadi lektor kepala di Universtas Rutgers, di mana penelitiannya berfokus tentang sejarah Islam dan Islamofobia di AS. 

"Saya memiliki pengalaman yang sama dengan apa yang terjadi di TikTok saat ini," kata Chan-Malik. "Saat itu, saya berpikir mengapa orang-orang Muslim yang saya temui sangat berbeda dengan apa yang saya dengar di berita-berita." 

Grewal, seorang profesor di Yales, meyakini bahwa orang-orang kerap memulai membaca Alquran dengan harapan mendukung pandangan yang sudah mereka punya. “Sama seperti seorang rasis yang mencari ayat untuk mendukung bias rasisme mereka, orang-orang kiri saat ini membaca Alquran untuk mengonfirmasi pesan-pesan progresif."

 

photo
Komik Si Calus : Boikot - (Republika/Daan Yahya)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement