Selasa 21 Nov 2023 20:46 WIB

Pakar Ingatkan Bahaya BBM RON Rendah Bagi Kendaraan Canggih dan LCGC

BBM dengan kadar oktan rendah memang bisa berpengaruh buruk terhadap performa.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah pengendara sepeda motor antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina Riau, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (1/9/2023). PT Pertamina (Persero) mengusulkan untuk menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite mulai tahun depan dan diganti menjadi pertamax green 92 yang lebih ramah lingkungan. Penghapusan pertalite tersebut sejalan dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dimana produk BBM yang bisa dijual di Indonesia minimal RON 91.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah pengendara sepeda motor antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina Riau, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (1/9/2023). PT Pertamina (Persero) mengusulkan untuk menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite mulai tahun depan dan diganti menjadi pertamax green 92 yang lebih ramah lingkungan. Penghapusan pertalite tersebut sejalan dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dimana produk BBM yang bisa dijual di Indonesia minimal RON 91.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar mesin bakar dan konversi energi Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengingatkan pentingnya pemakaian bahan bakar minyak (BBM) dengan RON tinggi. BBM dengan oktan tinggi seperti Pertamax series bisa merawat mesin dan menghindarkan dari kerusakan sekaligus lebih ramah lingkungan. 

Tri mengingatkan bahaya BBM RON rendah bagi kendaraan berteknologi artificial intelligence (AI), dan low cost green car (LCGC). Kendaraan berteknologi AI misalnya, lanjut Tri, memang memiliki kemampuan menyesuaikan. Tidak hanya gaya berkendara, misal halus atau kasar. Selain, itu ketika pengguna mengganti BBM dengan berbagai kadar oktan. 

"Penyesuaian terjadi karena kendaraan pintar tersebut melakukan setting otomatis terhadap ignition timing," kata Tri dalam keterangannya pada Selasa (21/11/2023). 

Begitupun Tri mengingatkan kendaraan berteknologi AI tersebut tetap memiliki batas toleransi. Ia menyebut adanya range kerja misal kendaraan dengan AI disetel agar bisa menggunakan BBM antara RON 92-95. 

"Ketika diberi BBM RON di bawahnya, maka akan terjadi detonasi. Dan kalau dipaksa terus-menerus bisa membuat piston jebol, bolong. Karena terlalu sering detonasi," ujar Tri. 

Begitu pula dengan LCGC seperti Brio, Ayla, dan sejenisnya. Tri mengingatkan pabrikan sudah merekomendasikan kendaraan LCGC untuk mengkonsumsi BBM setara Pertamax series. Melalui BBM beroktan tinggi, konsumsi BBM juga bisa lebih hemat. 

"Jika menggunakan BBM RON rendah, maka konsumsi bahan bakarnya tidak sampai 20 Km/liter, sehingga emisinya tidak green," ujar Tri. 

Dalam kaitan ini Tri mengatakan BBM dengan kadar oktan rendah memang bisa berpengaruh buruk terhadap performa kendaraan. Termasuk menyebabkan knocking atau detonasi yang antara lain ditandai suara mengelitik. 

"Misal pakai Avanza kemudian diisi BBM RON rendah, jalan di Jakarta macet jam 14.00 siang. Karena mobil manual, pengendara malas oper dan terus pada gigi dua. Akan terdengar suara mengelitik," ujar Tri. 

Padahal jika pengendara menggunakan BBM RON tinggi, maka akan sulit terjadi kondisi detonasi yang bisa berdampak buruk terhadap mesin.

Selain itu, Tri menyebut BBM RON tinggi akan lebih ramah lingkungan. Pertamax series misalnya akan mengurangi pelepasan karbon monoksida dan karbon dioksida ke udara yang bisa menciptakan efek gas rumah kaca. Pasalnya, BBM RON tinggi akan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna sehingga mengurangi emisi. Itu sebabnya, Tri sependapat kendaraan lama pun dapat melakukan setting ulang sesuai dengan BBM RON tinggi.

"Karena pembakaran sempurna menghasilkan CO2 dan H2O atau air kan.  Nah, jadi kalau ingin CO2 turun maka harus gunakan RON tinggi," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement