Rabu 22 Nov 2023 09:39 WIB

Mengenal Lebih Jauh Arca Ganesha yang Dibahas di BWCF 2023

Penelitian tentang Ganesha tidak berhenti pada disertasi Prof Edi Sedyawati.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Arca Ganesha.
Foto: Antara
Arca Ganesha.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- The 12th Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2023 yang diselenggarakan di Malang mulai 23 hingga 27 November akan mengangkat pemikiran almarhumah Prof Edi Sedyawati. Terutama terkait disertasi Edi mengenai arca-arca Ganesha di masa Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Kadiri.

Pendiri BWCF, Seno Joko Suyono mengatakan, pemikiran Prof Edi telah dipilih sebagai tema utama BWCF. Sebagaimana diketahui, disertasinya mengangkat judul Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian.

Dalam penelitian Edi, Durga (Parwati), Agastya, dan Ganesha dikenal adalah pantheon utama Hindu. Mereka adalah keluarga Siwa.  Di setiap candi Hindu di Jawa selalu ada arca Durga, Ganesa, Agatsya (utusan Siwa).

Ganesha sendiri dikenal dengan banyak nama. Beberapa di antaranya seperti Ganapati (pemimpin para Ghana), Vighnesvara (pengendali halangan), Vinayaka (pemimpin utama), Gajanana (yang berwajah gajah), dan Gajadhipati (dewa para gajah). Ada pula nama Lambkarna (yang bertelinga lebar), Lambodara (yang berperut besar) dan Ekadanta (bergading tunggal).

Secara keseluruhan, Ganesha adalah dewa pengetahuan juga seorang dewa perwira. Dewa ini dikenal mampu mengatasi musuh, halangan, dan rintangan.

Adapun jumlah arca Ganesha yang ditemukan di Jawa jauh lebih banyak daripada jumlah arca Durga.  Arkeolog Belanda, NJ Krom, pernah mencatat perbandingan penemuan arca Ganesha-Durga-Agatsya di Jawa adalah 22-5-2. Artinya, jauh lebih banyak temuan arca Ganesha daripada Durga maupun Agatsya.

Prof Edi Sedyawati dalam disertasinya melakukan penelitian secara teliti atas 169 arca Ganesa. Salah satu kesimpulannya adalah arca Ganesa dari periode Singosari memiliki ciri-ciri tersendiri yang solid.

Rinciannya, yakni tangan kanan belakang Ganesa memegang kapak, tangan kiri belakang menggenggam tasbih, kedua tangan (baik kanan-kiri) depan memegang mangkuk tengkorak, kaki tambunnya menginjak tengkorak (asana tengkorak), mengenakan anting-anting tengkorak dan mengenakan pita di belakang kepala.

Unsur aksesoris tengkorak yang menonjol tersebut merupakan kekhasan Ganesha periode Singosari. Sampai hari ini, penelitian tentang Ganesa tidak berhenti pada disertasi Prof Edi.

Sebab, penemuan-penemuan arca Ganesa terus bermunculan saat ekskavasi situs-situs di Jawa atau ditemukan tak sengaja oleh warga desa. Pada 2019 misalnya, warga Dusun Genengan, Desa Bangsri, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, menemukan arca Ganesa batu cukup besar yang memiliki ikonografi tak lazim.

Arca itu mempunyai rambut panjang ikal terurai sehingga penduduk menyebutnya Ganesha berambut gimbal dan di belakangnya ada ukiran naga. Hal tersebut sangat menarik karena di luar pengarcaan Ganesha pada umumnya.

Untuk memperingati penelitian Prof Edi Sedyawati tentang Ganesha, BWCF akan mengundang pakar- pakar baik dari luar negeri, Jawa, dan Bali membicarakan Ganesha yang masih menyimpan misteri.

Pihaknya juga akan meluncurkan sebuah buku dengan isi sekitar 1.000 halaman. "Yang memuat tentang artikel-artikel mengenai Ganesa dan seni pertunjukan yang ditulis para peneliti," kata dia menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement