REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) menegaskan komitmennya untuk mendorong UMKM di wilayah setempat bisa menjajaki pasar ekspor. Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, menjelaskan bentuk program nyata perusahaan dalam mendukung ekspor produk UMKM dari hulu hingga hilir, di antaranya melalui komitmen kerja sama dengan Desa Pendulum Devisa.
Wujud nyata dukungan yang diberikan Bank Jatim, kata Busrul, mulai dari segi pembiayaan, pendampingan dan asistensi, hingga membantu perluasan akses pasar UMKM binaan melalui business matching. Tujuannya, potensi untuk menciptakan transaksi ekspor melalui eksportir-eksportir baru ataupun peningkatan portofolio dan ekspansi market bisa terbuka lebar.
"Tahun 2023 ini, Bank Jatim memulai komitmennya dengan 7 Desa Pendulum Devisa yang telah diresmikan," kata Busrul, Rabu (22/11/2023).
Desa Pendulum Devisa Bank Jatim memiliki beberapa program. Antara lain penguatan internal legalitas perijinan UMKM, pendampingan dan penyusunan strategi, rencana ekspor, praktik bisnis dan negosiasi, workshop, kurasi produk, hingga business matching. Selain itu juga ada pembekalan atas standar dan prosedur ekspor, serta dukungan pembiayaan dari hulu sampai hilir.
"Dalam menjalankan ini semua, kami bersinergi dengan banyak pihak. Seperti GPEI, Export Centre Surabaya, Bea Cukai, Atase Perdagangan, Diaspora luar negeri, potential buyer dari luar negeri, dan instansi lain," ujar Busrul.
Ia melanjutkan, sepanjang 2023, Bank Jatim juga mencanangkan program J-Export and Trade Assistance (JXTA) di tiga wilayah karesidenan. Yaitu, Kediri, Probolinggo, dan Banyuwangi. Program ini untuk menciptakan lebih banyak UMKM berorientasi ekspor.
Menurutnya, Jatim menjadi salah satu barometer perekonomian nasional dengan kontribusi yang cukup besar. Yaitu 14,60 persen terhadap PDB nasional, dan 25,56 persen terhadap PDRB Pulau Jawa.
"Melihat fakta tersebut, kami hadir untuk selalu mendukung program Pemprov Jatim, termasuk pada pengembangan ekspor IKM atau UKM setempat," kata Busrul.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menekankan, semua pihak harus terus bersinergi dan bergerak bersama sampai pelaku IKM dan UKM memiliki pandangan bahwa ekspor itu mudah. Khofifah melanjutkan, bagi Jatim, ekspor itu tidak hanya ke luar negeri.
Sebab, Jatim adalah center of gravity. Secara logistik, dari 20 provinsi di Indonesia Timur, hampir 80 persen logistiknya berasal dari Jatim.
"Contoh, kita jual produk ke Batam. Nah, barang kita yang dibeli oleh Batam itu akan mereka jual lagi ke Singapore. Begitu juga saat misi dagang ke Sulawesi utara. Mereka juga menjual lagi barang kita ke Filiphina," ujarnya.