Kamis 23 Nov 2023 15:36 WIB

Wamen BUMN Ungkap Tantangan yang Bisa Perlambat Ekonomi Tumbuh

Dinamika ekonomi dan geopolitik global menyebabkan ketidakpastian laju ekonomi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menggelar media gathering di Padalarang, Jawa Barat, Kamis (23/11/2023).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menggelar media gathering di Padalarang, Jawa Barat, Kamis (23/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, PADALARANG -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, dinamika ekonomi dan geopolitik global yang terjadi saat ini menyebabkan ketidakpastian laju ekonomi di masa mendatang. Ia menyebutkan, ada beberapa tantangan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Tantangan tersebut meliputi pengetatan kebijakan moneter terus berlanjut sebagai respon terhadap inflasi, penyaluran kredit yang diperketat, serta meningkatnya tensi geopolitik yang terjadi akhir-akhir ini. Dirinya melanjutkan, ketidakpastian ekonomi global juga tercermin dari adanya perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh organisasi internasional yaitu Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

Baca Juga

 

IMF, kata dia, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar tiga persen pada 2023 dan 2,9 persen pada 2024. Hal tersebut disebabkan karena risiko ekonomi dan geopolitik pada 2024 akan terus berlanjut dan lebih buruk dibanding 2023 sehingga menghambat laju ekonomi.

Di sisi lain, Bank Dunia memproyeksikan sebaliknya, GDP global tahun 2024 diperkirakan sebesar 2,4 persen. Angka itu lebih besar dibandingkan 2023 yang sebesar 2,1 persen.

"Pandangan positif terhadap ekonomi 2024 tersebut sejalan dengan normalisasi suku bunga dan inflasi di tahun depan," ujar pria yang akrab disapa Tiko tersebut saat memberikan sambutan secara virtual dalam Media Gathering Perbanas di Padalarang, Jawa Barat, Kamis (23/11/2023). Ia pun menegaskan, pemerintah harus tetap optimistis karena di tengah isu perlambatan ekonomi global, Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi. 

Tercatat pada kuartal dua 2023 pertumbuhan Indonesia mencapai 5,17 persen year on year (yoy). Pertumbuhan itu ditopang oleh pemulihan sektor manufaktur serta stabilitas kinerja sektor pertanian dan sektor perbankan.

Tiko menjelaskan, sektor pertanian sebagai salah satu sektot pemimpin atau leading sector mencatatkan pertumbuhan positif setiap tahunnya. Pada 2022 mencapai 2,25 persen.  

"Resiliensi sektor pertanian menunjukkan kekuatan sektor ini dalam menopang perekonomian Indonesia. Sehingga kita harus lebih mendorong kinerja sektor ini melalui hilirisasi industri untuk menciptakan value added dan juga value-added capture yang dapat meningkatkan nilai hasil tani dan perekonomian Indonesia secara umum," ujarnya. 

Pertumbuhan ekonomi, lanjut dia, juga didukung oleh kinerja sektor perbankan yang pada kuartal II 2023 memiliki rasio kecukupan modal (CAR) terjaga pada level 27,6 persen. Lalu rasio kredit bermasalah (NPL) bruto turun ke level 2,3 persen, serta pertumbuhan kredit mencapai 7,76 persen yoy.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement