REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu pasien monkeypox (Mpox) meninggal dunia setelah sebelumnya mendapatkan perawatan intensif selama dua pekan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSCM, Lie Khie Chen, menyampaikan yang bersangkutan bukan meninggal akibat mpox, melainkan penyebab lain yang amat kompleks.
"Ada satu kasus di RSCM meninggal, tapi bukan karena Mpox, tapi karena penyebab lain yang sangat kompleks,” ucap Lie Khie Chen, Jumat (24/11/2023).
Dia menerangkan, saat dirujuk ke RSCM, pasien sudah masuk dengan kondisi komorbid yang berat dan pasien yang dirawat sudah mengalami komplikasi dan harus menjalani operasi di RSCM. Pasien dimaksud mengalami sumbatan usus kecil dan HIV positif dengan CD 4 yang sangat rendah.
Sebelumnya, pasien sudah dirawat di RSPI Sulianti Saroso dan rumah sakit lainnya, sudah dirawat selama kurang lebih tiga-empat pekan di rumah sakit lain. Pasien dirujuk ke RSCM karena memiliki masalah di pencernaan di mana terjadi sumbatan di usus dan harus dioperasi di RSCM.
“Pascaoperasi kondisi pasien cukup stabil, namun karena adanya komorbid lainnya, dan juga adanya kondisi lesi yang cukup banyak dan berat sehingga terjadi komplikasi, sehingga setelah dua pekan perawatan terjadi komplikasi di paru dan pasien tidak tertolong," kata Lie Khie Chen menegaskan.
Secara nasional, hingga 22 November 2023 tercatat ada sebanyak 57 pasien konfirmasi Mpox di Indonesia sejak pertama kali dilaporkan pada 22 November 2023. Pasien Mpox di dominasi di DKI Jakarta sebanyak 42 pasien, diikuti Banten sebanyak enam kasus, Jawa Barat sebanyak enam kasus, Jawa Timur sebanyak dua kasus, dan Kepulauan Riau sebanyak satu kasus.
"Seratus persen kasus berjenis kelamin laki-laki, dengan rentang usia terbanyak pada kelompok 30-39 tahun diikuti rentang usia 25-29 tahun, memiliki perilaku seks banyak pasangan dan berganti ganti pasangan dengan orientasi seksual terbanyak Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL)," kata Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes Farchanny.
Farchanny menyebutkan, 57 pasien mpox itu mayoritas disertai penyakit penyerta di mana 39 di antaranya orang dengan HIV (ODHIV). Kemudian disertai penyakit sipilis ada 16 kasus, hipertensi dua kasus, Herpes dua kasus, dan TBC ada dua kasus.
Kemenkes, kata dia, telah melaksanakan langkah-langkah penanggulangan Mpox. Mulai dari surveilans untuk penemuan kasus aktif dan penyelidikan epidemiologi, terapeutik dengan pemberian terapi sesuai simptom dan mempersiapkan logistik antivirus. Selain itu, juga dilakukan sosialisasi kewaspadaan Mpox kepada tenaga kesehatan dan masyarakat.
Pihaknya juga memberikan vaksinasi kepada kelompok rentan tertular Mpox termasuk kontak erat dengan pasien mpox dan orang dengan HIV (ODHIV), di mana vaksinasi dosis pertama sudah dimulai pada 23 Oktober 2023. “Vaksinasi juga sudah dilakukan, dosis pertama sudah diberikan kepada 495 orang, dan menyusul dosis kedua yang sudah kita mulai pada 21 November," kata dia.
Farchanny mengimbau masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan, mulai dari praktik seks yang aman termasuk membatasi jumlah pasangan seks, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
“Jika mengalami gejala mengarah Mpox seperti muncul bintik-bintik merah dan demam, segera periksakan diri fasilitas layanan kesehatan terdekat, batasi kegiatan di luar rumah serta menghindari kerumunan,” katanya.