Ahad 26 Nov 2023 12:34 WIB

LSI Denny JA: Prabowo Gunakan Komunikasi Profetik Lewat Joget Gemoy

Prabowo tidak lagi mudah marah dan merangkul penyerangnya.

Warga mengikuti Lomba Joget Gemoy, yang diselenggarakan Dedi Mulyadi, Sabtu (25/11/2023).
Foto: istimewa/doc humas
Warga mengikuti Lomba Joget Gemoy, yang diselenggarakan Dedi Mulyadi, Sabtu (25/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, menilai Lomba Joget Gemoy yang diselenggarakan politikus Gerindra, Dedi Mulyadi, merupakan bentuk komunikasi profetik. Lewat joget gemoy, Prabowo menggunakan komunikasi dengan berbasis pada spirit nilai-nilai kenabian.

Hal ini disampaikan Toto terkait dengan makin populernya Joget Gemoy yang dijadikan brand capres Prabowo Subianto, yang kemudian dilombakan oleh Dedi Mulyadi. Kegiatan tersebut diadakan Dedi dalam rangka mensosialisasikan politik riang gembira untuk mencairkan ketegangan dalam menghadapi Pilpres 2024.

Sosok Pabowo, menurut Toto, makin terlihat sebagai politisi yang tidak pendendam. Justru dia lebih banyak merangkul kepada siapa pun yang dianggap telah mengkhianatinya. 

"Prabowo tampak lebih tulus berjuang. Dia tidak pernah menyerang. Dan saat diserang, dia lebih memilih diam ketimbang melayani serangan, termasuk fitnah. Dari sisi ini, saya melihat Prabowo itu sebenarnya sedang mengamalkan jurus komunikasi profetik,” kata Toto, Ahad (26/11/2023). Bedanya, dia melanjutkan, Prabowo menggunakan kecerdasannya merespon aneka serangan itu melalui joget.

Lewat joget gemoy, menurut Toto, Prabowo ingin memberi pesan bahwa dirinya tak terlalu memperdulikan berbagai serangan yang dialamatkan kepada dirinya. Mulai dari yang bersifat mencaci, menghina, bahkan memfitnahnya. "Ini kan jelas pesan moral para nabi kepada umatnya agar kita selalu sabar, kuat dan tahan menghadapi berbagai bentuk serangan seperti tadi. Termasuk, dalam kontek pertarungan politik," kata Toto.

Jika Joget Gemoy ini terus leading dan trending, menurut Toto, maka berpotensi mendongkrak selain popularitas, tapi juga elektabilitas Prabowo.  Apalagi, kata Toto,  istilah Joget Gemoy Prabowo ini muncul pertama kali disuarakan  anak-anak muda. “Karena itu, efek positifnya sangat potensial punya tempat di segmen anak muda, khususnya anak muda berkategori gen Z yang jumlahnya semakin besar,” kata Toto.

Lepas dari soal itu,  menurut Toto, lomba yang digelar Dedi Mulyadi ini sebagai cara cerdas mempopulerkan pasangan Prabowo-Gibran. Apalagi,  ada pesan moral yang sangat kuat tentang politik riang gembira dengan tidak mengumbar cacian, hinaan dan fitnah. 

"Inilah yang membedakan Prabowo hari ini dengan Prabowo dulu, tepatnya pada Pilpres 2019 lalu. Seperti yang terpotret di survei LSI Denny JA, secara karakter personal, Prabowo hari ini dipersepsi sebagai figur strong leader," ungkapnya.

Menurut Toto, hal yang membedakannya dengan Prabowo dulu, saat ini sudah mulai dipersepsi plus, yaitu selain strong leader, juga figur yang semakin humanis. Salah satunya terlihat dari sikapnya yang tak mudah terpancing, tak lagi emosional dan lebih sering  bercanda.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement