REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pusat Data Operasional (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi melakukan kembali uji aktivasi sirene tsunami di kantor BPBD di Kecamatan Cikembar, Ahad (26/11/2023). Langkah tersebut untuk memastikan alat tersebut berfungsi dengan baik.
'Tes dilakukan pada Ahad kemarin sekitar pukul 10.00 WIB dengan radius suara mencapai 2 kilometer,'' ujar Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna, Senin (27/11/2023). Terdapat tiga sirene yang dipasang di sekitar pantai yakni di SDKP Site, Balawista Site, dan Geopark Site.
Menurut Daeng, tes dilakukan secara online dari kantor BPBD Kabupaten Sukabumi dengan pemantauan di tiga titik terpasangnya sirene. Untuk waktu uji tes atau menitnya tentatif, tergantung alat sirene yang di lokasi berfungsi dengan cepat atau tidak.
''Sistem alat kerja tersebut hanya diuji coba. Setiap bulan tanggal 26. Terutama untuk meninjau kinerja alat saat terjadi tsunami di wilayah Kabupaten Sukabumi,'' ujar Daeng.
Daeng menerangkan, uji sirene tsunami ini melibatkan BPBD bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). "Alatnya dari BMKG, kami hanya sebagai operator," jelasnya.
Data dari BPBD menyebutkan, kawasan pesisir pantai yang rawan tsunami itu membentang dari wilayah pantai Cisolok hingga pantai Tegal Buled sepanjang 117 kilometer. Wilayah rawan tsunami ini masuk dalam area 31 desa di 9 kecamatan yaitu Kecamatan Cisolok, Cikakak, Simpenan, Ciemas, Surade, Ciracap, Cibitung, Palabuhanratu, dan Tegalbuleud.
Selain memetakan wilayah rawan dan memastikan tes sirene, BPBD juga memasang rambu evakuasi di tepi pantai. Upaya ini dilakukan untuk memastikan semua orang menyelamatkan diri ke jalur evakuasi yang telah disiapkan ketika suatu saat ada bencana tsunami.