REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggencarkan program Santripreneur di enam pondok pesantren di Indonesia. Langkah tersebut untuk melahirkan wirausaha baru (WUB) salah satunya dari kalangan pesantren.
Lokasi santripreneur misalnya di Pondok Pesantren Darussyifa Al Fitroh, Kabupaten Sukabumi. Kegiatan yang diinisiasi Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kemenperin di ponpes ini yakni fasilitasi mesin/peralatan produksi pengolahan limbah ternak menjadi biogas dan pupuk organik.
Hadir dalam momen ini Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin Reni Yanita, Pimpinan Ponpes Darussyifa Al-Fithroh Yaspida Sukabumi, KH E Supriatna Mubarok, Pj Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji, dan Sekda Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman.
''Sejak tahun 2012 hingga tahun 2035, Indonesia diperkirakan memasuki masa bonus demografi dengan periode puncak antara tahun 2020-2030,'' ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita kepada wartawan. Jumlah penduduk usia produktif yang besar menyediakan sumber tenaga kerja, pelaku usaha, dan konsumen potensial yang sangat berperan dalam percepatan pembangunan.
Bonus demografi ini kata Reni, harus dikelola dengan baik. Sehingga untuk mengurangi kesenjangan kompetensi yang dimiliki oleh calon tenaga kerja dengan kebutuhan industri, Kemenperin memiliki program pendidikan vokasi dan diklat 3 in 1 yang dapat diakses oleh para angkatan kerja.
Di mana kurikulum yang diberikan pada kedua program tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan industri. Reni mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Agama sampai dengan Semester II tahun 2023 jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan mencapai 39.167 yang tersebar di seluruh provinsi dengan total jumlah santri sekitar 4.847.197 orang.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia dengan total 12.121 pesantren. Jawa Timur menyusul dengan 6.745 pesantren, dan Jawa Tengah dengan 5.084 pesantren.
''Dengan jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar, pondok pesantren memiliki potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional,'' kata Reni. Selain itu berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia.
Program Santripreneur terang Reni, memiliki kurikulum kejuruan atau kewirausahaan, dengan jenis kegiatannya antara lain bimbingan teknis produksi, fasilitasi mesin/peralatan. Materi kewirausahaan dan digital marketing yang diberikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing Pondok Pesantren.
''Melalui program Santripreneur ini, Pondok Pesantren dapat turut berkontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi daerah dan nasional,'' kata Reni. Ia juga mendorong para santri yang sedang bergabung dalam program Santripreneur untuk menjadi santri milenial, yaitu santri yang mampu berproduksi dengan baik serta menguasai perkembangan teknologi digital dalam menjalankan unit usaha industrinya, atau yang ingin saya sebut dengan istilah “Santri Milenial 4.0.
Reni menuturkan, penumbuhan pelaku industri atau wirausaha baru (WUB) dapat memberikan dampak positif yang berantai pada roda perekonomian masyarakat. Selain memaksimalkan potensi komoditas produk di daerah, penumbuhan WUB juga dapat dilakukan dengan memperhatikan potensi ekosistem industri dan pasar yang telah terbentuk.
''Kami turut mendorong ekosistem pondok pesantren sebagai peluang untuk menumbuhkan para pelaku WUB dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki melalui program Santripreneur,'' kata Reni. Program yang telah dilaksanakan sejak tahun 2013 tersebut, telah membina sebanyak 10.469 orang santri dari 101 pondok pesantren di berbagai wilayah di Indonesia.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan apresiasi kepada Pimpinan dan Pengasuh 6 (enam) Pondok Pesantren atas peran sertanya dalam mendorong penumbuhan wirausaha IKM di lingkungan Pondok Pesantren. “Saya juga sangat mendukung peran para santri dalam menciptakan kemandirian Pondok Pesantren dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” ujar Menperin.
Menperin turut mengatakan, dalam rangka mendorong penciptaan dan perluasan lapangan kerja, dipandang perlu untuk meningkatkan jumlah pelaku wirausaha yang melibatkan kolaborasi antar stakeholder. Seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, akademisi dan stakeholder lainnya seperti Pondok Pesantren dalam rangka menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan para santri dan generasi muda.