REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Denpasar mendata curah hujan di Bali mencapai hingga 224,5 milimeter atau meningkat dibandingkan 10 hari lalu mencapai 197,5 milimeter seiring masuknya musim hujan di sebagian wilayah Pulau Dewata. “Di Bali masih ada kategori hujan hingga kekeringan ekstrem,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Jumat (1/12/2023).
Adapun BBMKG Wilayah III Denpasar melakukan pengamatan curah hujan dan kekeringan dalam periode 10 hari secara berkala.
Peningkatan curah hujan itu seiring perkiraan sejak pertengahan November 2023 bahwa wilayah Bali mulai memasuki musim hujan bertahap. Wilayah yang sudah memasuki musim hujan itu sebagian Bali bagian tengah hingga selatan.
BBMKG Denpasar memperkirakan puncak musim hujan di Bali terjadi pada Januari 2024 dengan curah hujan diperkirakan pada rentang 500-600 milimeter per bulan sehingga perlu diwaspadai dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
Hanya satu zona musim, yakni di Karangasem bagian selatan yang diperkirakan puncak musim hujannya terjadi pada Februari 2024.
Sedangkan selama 1-10 Desember 2023 sejumlah wilayah di Bali berpeluang turun hujan dengan intensitas ringan, seperti di Tabanan, Gianyar, Bangli, Karangasem, Badung, Denpasar, Negara, Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, Busungbiu, Sawan, Seririt, Banjar, Sukasada, Buleleng, Kubutambahan, Tejakula, Banjarangkan, Klungkung, dan Dawan.
Sementara itu, lanjutnya, sebagian wilayah di Bali masih terjadi kekeringan seperti di daerah Perasi Kabupaten Karangasem yang tidak turun hujan selama 105 hari serta di Tejakula dan Sambirentang Kabupaten Buleleng yang tidak ada hujan selama 77 hari.