REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan saat ini kondisi daya beli masih aman. Saat ini, inflasi inti pada November 2023 tercatat sebesar 1,87 persen yang secara tahunan lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,91 persen.
“Kalau melihat dari data inflasi inti di bulan November 2023 sebenarnya indikasi awal pelemahan daya beli itu relatif belum terlihat,” kata Yusuf kepada Republika.co.id, Sabtu (2/12/2023).
Dia menjelaskan, jika bandingkan dengan data pada Oktober 2023, inflasi inti mengalami peningkatan. Artinya, lanjut Yusuf, hal tersebut menunjukkan permintaan terhadap barang dan jasa di masyarakat relatif masih terjadi.
“Saya kira ini juga misalnya didukung oleh data lain misalnya data PMI pada November 2023 yang relatif mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Oktober. Ini sebagai salah satu indikasi lain bahwa belum terlihat secara jelas apakah memang terjadi pelemahan daya beli,” ungkap Yusuf.
Yusuf menilai secara umum pergerakan inflasi tahun kalender saat ini mencapai 2,9 persen. Maka dia memproyeksikan inflasi di sepanjang 2023 masih akan berada pada kisaran yang ditargetkan oleh pemerintah.
Jika melihat tren inflasi inti, inflasi yang diatur oleh pemerintah, dan juga harga barang bergejolak, Yusuf menyebut perhatian perlu di lihat kepada inflasi barang bergejolak. “Karena kalau kita lihat trennya dari Juli hingga November itu mengalami peningkatan dan kalau kita lihat secara umum peningkatannya ini kenaikannya relatif tinggi,” jelas Yusuf.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada pada November 2023 secara bulanan mencapai 0,38 persen. Lalu secara tahunan terjadi inflasi sebesar 2,86 persen dan secara year to date sebesar 2,19 persen.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan inflasi pada November 2023 tetap terjaga dalam kisaran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2023 tercatat sebesar 0,38 persen secara bulanan sehingga secara tahunan menjadi 2,86 persen.
“Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen pada 2023 dan 2,5 plus minus satu persen pada 2024,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (1/12/2023).
Erwin menjelaskan, inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter. Selain itu uuga eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.