Rabu 06 Dec 2023 07:25 WIB

Israel Akui Pertempuran Terbaru di Gaza Bakal Lebih Sulit dari Sebelumnya

Pasukan zionis Israel mulai melancarkan serangan ke wilayah selatan Gaza.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Tentara Israel dengan kendaraan tempur lapis baja mereka berkumpul di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, (2/12/2023).
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel dengan kendaraan tempur lapis baja mereka berkumpul di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, (2/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel memperkirakan akan terjadi pertempuran yang sulit dalam fase baru perangnya di Gaza. Pasukan zionis Israel telah penyerangan Kota Khan Younis yang berada di Gaza bagian selatan, padahal wilayah ini sebelumnya digunakan warga untuk mengungsi dari wilayah utara.

“Kami sedang melanjutkan ke tahap kedua sekarang. Tahap kedua yang akan sulit secara militer,” kata juru bicara juru pemerintah Israel, Eylon Levy, dikutip dari Alarabiyah.

Baca Juga

Sedangkan Panglima Militer Israel Herzi Halevi menggambarkannya sebagai fase ketiga perang secara keseluruhan, setelah serangan awal udara dan serangan darat ke Gaza utara. Menurut Kepala Komando Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di selatan Jenderal Yaron Finkelman, pasukan militer berada dalam pertempuran yang paling intens sejak awal operasi darat.

"Dalam hal jumlah teroris Hamas yang terbunuh, jumlah pertemuan dengan musuh dan volume tembakan yang digunakan pasukan kita, baik dari darat maupun udara. Kami bermaksud untuk terus menyerang," ujar Funkelman dikutip dari The Guardian.

Pada Senin (4/12/12023), IDF mengumumkan kematian tiga tentara lagi dalam pertempuran di Gaza utara, sehingga jumlah korban tewas militer Israel selama serangan darat menjadi 74 orang.

Pertempuran ini menggaris bawahi kesulitan sebelumnya yang dihadapi tentara Israel dalam melakukan serangan di wilayah utara Gaza. Juru bicara IDF Letkol Richard Hecht menggambarkan pertempuran di utara sebagai pertempuran jarak dekat dan tatap muka. Dalam pertempuran ini, militer telah kesulitan melihat dari beberapa kasus yang muncul.

Contoh saja Jabalia di wilayah utara yang merupakan kamp pengungsi Palestina terbesar di Gaza. IDF mengklaim telah mengepung wilayah Jabalia pada awal konflik, hanya saja pernyataan yang mengatakan pihaknya baru menyelesaikan pengepungan kamp pengungsi pada pekan ini. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pertempuran tersebut masih jauh dari selesai meskipun IDF telah mengalihkan fokusnya ke Gaza selatan.

Rasa skeptis terhadap kemajuan kampanye militer di Gaza diungkapkan oleh kolumnis veteran Nahum Barnea. Dia menyatakan di surat kabar Yedioth Ahronoth, bahwa tekanan dari Amerika serikat atas perluasan kampanye Israel di selatan,dengan 1,8 juta dari 2,3 juta penduduk Gaza kini terkonsentrasi, akan membatasi ruang lingkupnya.

“Pengamatan yang bijaksana terhadap opsi yang tersedia saat ini mengarah pada kesimpulan bahwa pertempuran darat di Khan Younis tidak akan bertahan lebih dari 10 hari hingga dua minggu,” ujar Barnea.

“Kombinasi dari dua juta pengungsi, 1,8 juta dari Jalur Gaza utara dan 200 ribu pengungsi baru dari Khan Younis, ditambah tekanan Amerika, menentukan keterbatasan operasi tersebut. Ada juga bahaya tembakan. Dalam hal ini, dampak yang harus kita tanggung di Jalur Gaza bagian utara sangatlah meresahkan. Khan Younis juga harus membayar harga yang sama," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement