REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengakui penyaluran kredit hijau masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya yaitu rendahnya kesadaran pelaku usaha untuk terlibat dalam proyek hijau.
"Sehingga, demand terhadap pembiayaan hijau itu relatif cukup terbatas," kata Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Eka Fitria dalam konferensi pers Mandiri Sustainability Forum, Kamis (7/12/2023).
Untuk itu, lanjut Eka, diperlukan upaya-upaya peningkatan pemahaman mengenai pembiayaan hijau di kalangan pelaku usaha. Selain itu, pemberian insentif juga dinilai akan cukup efektif mendongkrak pembiayaan hijau.
Menurut Eka, saat ini terdapat sejumlah skema insentif yang telah dihasilkan regulator, pemerintah maupun pelaku usaha. Namun, Eka menilai skema tersebut masih perlu pendalaman terutama yang berkaitan dengan pembiayaan hijau.
Berdasarkan aspeknya, Eka mengungkapkan, pembiayaan hijau di Indonesia masih didominasi oleh aspek sosial dibandingkan dengan aspek lingkungan. Untuk itu, menurut Eka penting sekali memperluas pembiayaan hijau di Indonesia.
Hingga kuartal III 2023, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan Rp 253 triliun atau 24,9 persen dari total kredit perseroan. Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau telah menembus Rp 122 triliun, setara dengan 12 persen penyaluran kredit di periode sama.