REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amanah jabatan apapun sejatinya adalah tanggung jawab panjang kelak di hadapan Allah. Maka jabatan atau kedudukan mulia di mata manusia bukan berarti kemuliaan untuk dibanggakan.
Ketika ada orang yang memujimu, maka haturkanlah doa kepada Allah. Ketua Umum MUI DKI Jakarta KH Faiz Syukron Makmun berpesan apabila seseorang memujimu, maka kita dianjurkan untuk berbaik sangka.
"Boleh jadi dukungannya padamu atau bahkan menempatkanmu pada maqam yang kamu merasa bahwa itu tidak pantas untukmu, maka berdoalah," kata Gus Faiz dalam kajiannya.
Lafadz doa ketika ada orang yang memuji
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
"Allahumma anta a'lamu minni binafsi wa anaa a'lamu binafsi minhum allahumma'jalni khaita mimma yazhunnyna waghfirliy maa laa ya'lamun waa tuakhidzniy bima yaqulun."
Yang artinya, "Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku.
Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan. Ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka."
Gus Faiz menjelaskan menghaturkan doa seperti itulah yang sering dilakukan oleh Imam Abu Hanifah saat mendengar pujian orang lain kepadanya.