REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Perang Hamas-Israel yang meletus pada 7 Oktober lalu, telah menyebabkan banyak korban jiwa. Banyak dari anak-anak Gaza yang kini mendadak menjadi yatim dan piatu, setelah orangtuanya menjadi korban ledakan bom zionis Israel.
“Angka awal dari Gaza menunjukkan bahwa 24 ribu-25 ribu anak-anak Palestina di Gaza telah menjadi yatim piatu sebagai akibat dari kampanye pemboman genosida Israel di kantong yang terkepung,” kata Euro-Med Human Rights Monitor, dilansir dari Middle East Monitor, Selasa (12/12/2023).
Laporan awal kelompok hak asasi tersebut menyoroti bahwa 10 ribu anak telah terbunuh akibat bom Israel, sementara sekitar 25 ribu telah kehilangan satu atau kedua orang tua mereka.
Sekitar 640 ribu anak telah kehilangan rumah mereka setelah mereka dihancurkan sebagian atau seluruhnya, membuat mereka kehilangan tempat tinggal.
Selain itu, masa depan ratusan ribu anak masih belum diketahui, karena 217 sekolah di Jalur Gaza telah rusak atau hancur selama serangan Israel, sangat mempengaruhi proses pendidikan di Jalur Gaza.
Euro-Med Monitor mengatakan bahwa 23.012 orang Palestina telah tewas sejauh ini dalam serangan udara dan artileri Israel yang intens di Jalur Gaza, termasuk 9.077 anak-anak. Karena ratusan anak tambahan tetap terjebak di bawah puing-puing bangunan yang hancur dengan sedikit peluang untuk bertahan hidup, jumlah total kematian anak kemungkinan akan melebihi 10 ribu.
Sementara itu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, hari ini mengatakan, dia prihatin dengan pemeriksaan konvoi kesehatan yang berkepanjangan di Jalur Gaza dan penahanan petugas kesehatan di sana.
Dalam sebuah postingan di platform media sosial X, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan misi yang dipimpin WHO ke Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza pada hari Sabtu dihentikan dua kali di pos pemeriksaan dalam perjalanan ke Gaza utara dan dalam perjalanan kembali, dan bahwa beberapa staf Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina ditahan pada kedua kesempatan tersebut.
Baca juga: Karen Amstrong Kisahkan Aksi Salahuddin Al-Ayyubi Kala Rebut Yerusalem dari Tentara Salib
“Kami sangat prihatin dengan pemeriksaan berkepanjangan dan penahanan petugas kesehatan yang membahayakan nyawa pasien yang sudah rapuh," kata Tedros dilansir dari Malaymail, Selasa (12/12/2023).
Misi tersebut, katanya, dihentikan dua kali di pos pemeriksaan Wadi Gaza, dalam perjalanan ke Gaza utara dan dalam perjalanan pulang. Dia mengatakan, beberapa staf Bulan Sabit Merah Palestina ditahan pada kedua kesempatan tersebut.
“Saat misi memasuki Kota Gaza, truk bantuan yang membawa pasokan medis dan ambulans terkena peluru,” tambahnya.
Sumber: middleeastmonitor