REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, tak sedikit orang yang mencatut nama Rasulullah untuk melanggengkan tujuan pribadinya. Namun, para ulama terdahulu tidak tinggal diam.
Dalam Islam dikenal suatu metode ilmu yang mempelajari dan menelusuri suatu kebenaran dan keabsahan penyampai kabar. Metode ini dipakai dalam ilmu hadits, yakni musthalahul-hadits atau ilmu yang mengkaji tentang hadits-hadits Nabi dan juga riwayat perawinya.
Sejarah musthalahul-hadits dilatarbelakangi dengan sejumlah dinamika yang terjadi sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Kala itu marak sekali orang yang memanipulasi hadits Nabi dan bahkan membuat hadits-hadits palsu guna mencapai suatu kepentingan.
Kepentingannya beragam, mulai dari sosial, politik, ekonomi, bahkan kepopuleran. Dari sinilah kemudian para sahabat mengembangkan ilmu musthalahul-hadits yang di dalamnya membahas tentang silsilah sanad, rijalul-hadits (asal-usul si pembawa berita/hadits yang diklaim), ilalul-hadits, hingga metode jarhu wa ta’dil.
Elemen-elemen tersebut sangat penting dipelajari untuk mengetahui apakah suatu hadis dapat dikategorikan shahih, hasan, dhaif, atau palsu. Misalnya, silsilah sanad digunakan untuk membuktikan, apakah silsilah sebuah berita dapat bersambung ke Nabi Muhammad SAW atau terputus menjadi penting untuk keabsahan hadis yang dimaksud.
Tak hanya itu, kredibilitas...