Jumat 15 Dec 2023 08:23 WIB

IDF Hadapi Hari-Hari Sulit dalam Perang di Gaza

Sejak melakukan serangan ke Gaza, sudah 116 tentara IDF terbunuh.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Tentara Israel hadapi masa-masa sulit selama perang.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel hadapi masa-masa sulit selama perang.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan, empat tentara dari Koprs Batalion Teknisi Kombat ke-63 dan seorang tentara dari Batalion Brigade Infantri Golani ke-12 terluka serius dalam pertempuran di selatan Gaza. Dua tentara lainnya dari Komando Brigade Unit Maglan terluka serius di selatan Gaza.

Di utara Gaza seorang perwira dari Brigade Lapis Baja ketujuh dan delapan terluka parah.

Baca Juga

Dikutip dari Times of Israel, Jumat (15/12/2023) menurut data IDF, sejak mereka menggelar serangan darat ke Gaza sudah 116 tentaranya terbunuh dan 648 lainnya terluka, termasuk 146 dalam kondisi serius, 257 dalam kondisi sedang, dan 245 terluka ringan.

The Jerusalem Post melaporkan seorang letnan kolonel dan komandan Batalion ke-12 juga terluka. Laporan ini disampaikan setelah 10 tentara IDF dilaporkan tewas dan enam terluka. Angka ini menandai hari-hari sulit yang dilalui IDF dalam pertempuran di Gaza.

Terlepas dari tolok ukur tersebut, pada Kamis (14/12/2023) kemarin hanya 12 sirene roket yang berbunyi, tanpa ada serangan, dan kebanyakan roket tersebut berada di wilayah Utara, menandai titik terendah untuk roket-roket dari Hamas dalam beberapa waktu terakhir sejak gencatan senjata sementara pada akhir November.

Setidaknya ada tiga putaran pertukaran tembakan antara IDF dan Hizbullah di Utara. Kelompok yang berkuasa di Lebanon itu menyerang dengan roket dan rudal anti-tank dan IDF membalas dengan serangan udara dan artileri.

Namun, ada lebih sedikit pernyataan publik tentang eskalasi dari kedua belah pihak seiring berjalannya waktu.

Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan kepada Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan dibutuhkan waktu lebih dari beberapa bulan untuk menyelesaikan Perang Gaza dengan Hamas.

Meskipun hal ini tampaknya membawa Israel dalam ketegangan serius karena AS menetapkan konflik harus selesai dalam beberapa pekan ke depan. Gallant mengklarifikasi ia mengacu pada tahap kontra-pemberontakan dalam memerangi Hamas.

Dengan kata lain, Gallant dan pejabat pertahanan lainnya masih akan bertahan hingga akhir Januari sebagai titik akhir invasi utama yang melibatkan beberapa divisi IDF.

Sebaliknya, setelah invasi utama dianggap selesai dan pasukan IDF di Gaza dikurangi menjadi jumlah yang dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih lama. Diperkirakan IDF akan perlu bertempur dalam pertempuran yang lebih kecil melawan para Gaza selama tiga hingga sembilan bulan.

Menteri pertahanan menjelaskan Hamas menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun kekuatan teror dan infrastrukturnya. Ia mengatakan untuk menghancurkan seluruh jaringan yang luas ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada tahap awal invasi penuh.

Gallant berterima kasih kepada AS "atas dukungannya yang tak terkira."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement