REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, selama ini dianggap takut debat karena kerap absen di sejumlah acara dialog terbuka. Namun, ternyata Gibran pernah tampil percaya diri (pede) dan berani ketika debat Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Solo pada 2020.
Gibran akan melakoni debat perdana cawapres di Jakarta Convention Center (JCC) pada Jumat (22/12/2023), bertema ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
Menilik ke belakang, Gibran sempat tampil apik di dua sesi debat Pilwakot Solo. Sesi pertama mengangkat tema 'mengembangkan Solo sebagai kota budaya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yang adil dan merata di era digital'. Sedangkan tema debat kedua 'memajukan Solo sebagai kota budaya yg inovatif dalam keberagaman melalui kolaborasi dan penguatan civil society'.
Pada debat sesi pertama, Gibran sempat memberikan sindiran terhadap sejumlah program yang digagas pasangan nomor urut 2, Bagyo Wahyono-Suparjo FX. "Kembali ke masalah rumah yang akan didirikan di bantaran sungai, kota lain berusaha membersihkan, ini apa nggak akan melanggar regulasi yang sudah ada sih Pak?" sindir Gibran kepada lawan debatnya.
Gibran juga mengaku akan menyikat bandar narkoba di Kota Solo dengan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) ketika menjawab soal isu penyalahgunaan narkoba di masyarakat. Hal tersebut mengingat angka penyalahgunaan narkoba di Solo yang terbilang tinggi.
"Ke depan jika saya diberikan amanah saya akan memposisikan diri sebagai role model. Kita mulai dari lingkungan pemkot tidak boleh ada ASN yang masuk ke lingkaran narkoba kita merutinkan tes urin. Di sekolah kita harus secara konsisten memberi edukasi tentang bahaya narkoba," kata Gibran dilihat Republika.co.id melalui kanal YouTube KPU Surakarta, Kamis (21/12/2023).
Sedangkan pada debat kedua, Gibran kembali diserang oleh lawannya yang mengatakan dirinya tak terlalu tahu soal budaya lantaran masih muda. Namun, ia hanya memberikan respons santai.
Putra sulung presiden Jokowi tersebut pernah mengenyam pendidikan bangku SMA di Orchid Park Secondary School, Singapura pada 2002. Selanjutnya pada 2007 Gibran lulus dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) dengan gelar B.Sc dan melanjutkan studinya ke program Insearch di University of Technology Sydney (UTS Insearch), Sydney, Australia hingga lulus pada 2010.
"Saya memang masih muda dan masih harus banyak belajar, tapi saya yakin kebudayaan warisan budaya paguyuban seni menjadi pilar kekuatan dan magnet tersendiri untuk wisatawan datang ke Solo. Makanya saya ingin budaya kita seperti sekaten, Grebeg Sudiro dan lain lain harus dipertahankan," katanya.
Gibran juga mengkritisi soal program lawannya yang menginisiasi sungai bawah tanah. Menurut dia, hal tersebut muskil dilakukan di Kota Solo yang kontur tanahnya rawa.
"Ada program sungai bawah tanah. Lha yang saya tanyakan itu anggarannya dari mana, apakah sudah berkoordinasi dengan BBWS, dan perlu saya tekankan lagi untuk pembangunan sungai bawah tanah kan perlu kita lihat struktur tanah di Solo. Kalau kita lihat pembangunan sungai bawah tanah di Tokyo Giant Tunnel itu struktur tanah didominasi batuan padahal struktur tanah di Solo kan dari rawa kira-kira bagaimana," ucap Gibran menggugat.
Selain itu, di kedua debat tersebut baik ketika menjawab pertanyaan atau menyampaikan visi misi Gibran selalu pede berdiri di tengah panggung. Gibran selalu menjawab dengan intonasi nada yang lugas dan memberikan pertanyaan yang tajam kepada lawannya.