Apa itu Jamjaneng (disebut juga dengan Janeng)? Ketika pertanyaan ini adukan kepalda pelestari kesenian Jamjaneng di desa Peniron, Karang Sambung, Kebumen, Taufik menyatakan Jamjaneng, adalah bentuk musik tradisional khas yang merupakan sarana dakwah Islam. Kesenian Jamjaneng ini lebih menjurus pada musikalisasi syair-syair yang Islami.
“Tak semua lagu Jamjaneng merupakan lagu dakwah. Sebab, dalam kesenian Jamjaneng, lagu dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah lagu wajib, lagu ini merupakan lagu pokok, berisikan puji-pujian kepada Allah, ataupun berisi tentang petuah-petuah hidup yang menyangkut tentang agama Islam,’’ katanya.
Yang kedua adalah lagu Blederan, lagu Blederan. Sajian musik ini lebih bersifat menghibur dan ringan, lagu ini kadang digunakan sebagai penghibur agar tidak mengantuk.” Kesenian Jamjaneng dimainkan hanya menggunakan perasaan para penabuhnya, tak ada notasi yang mengatur dan mengikat. Hanya menggunakan improvisasi para pemainnya. “
Tangga nada dalam Kesenian Jamjaneng adalah tangga nada pentatonik. Karakteristik Instrumen Rata-rata alat musik dalam Jamjaneng dimainkan dengan cara dipukul. Kayu yang digunakan untuk membuat instrumen tersebut berasal dari kayu Glugu (pohon kelapa) dan menggunakan kulit kambing.
Sejarah instrumen jamjaneng dibuat oleh seorang pembuat khusus. Para tokoh pembuatnya antara lain: Sunan Kalijaga. Sunan kalijaga ini merupakan orang yang pertama kali mempelopori kesenian sebaga sarana media dakwah Agama Islam
“Para tokoh pembuat Jamjaneng lainnya adalah Syekh Nur Muhammad yang merupakan penemu kesenian Jamjaneng. Tokoh berikutnya adalah Syekh Zamzani yang merupakan tokoh yang perintis dan pendiri kesenian Jamjaneng sebagai dakwah agama Islam. Bahkan kata ‘Janeng’ sendiri diambil dari kata namanya: Zamzani = Jamjaneng,’’ ujarnya.
Reportoar asli lagu dan syair Jamjaneng karya Mbah Ahmad Yusup.Yang terakhir, kata Taufik adalah kakeknya yang bernama Ali Yusup. .’’Mbah Amir Yusup Tokoh yang mempopulerkan kesenian Jamjaneng di Kabupaten Kebumen, Beliau juga pengarang lagu-lagu Jamjaneng yang masih terus di lestarikan sampai hari ini. Beliau memang asli atau berasal dari Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kebumen.
Selain merupakan daerah gerilya Pangeran Diponegoro dan dakwah Islam, daerah Karang Sambung, Peniron, Bukit Brujul, dan area sekitarnya (Kebumen dan sekitarnya) ternyata dahulu kala, jutaan tahun silam, merupakan dasar samudera yang terangkat.
Dasar Samudera Hindia itu terangkat dan menyembul jadi perbukitan terjadi pada ratusan juta tahun silam. Dan di sini berdiri Museum Geologi LIPI. Daerah ini merupakan wilayah konservasi atau cagar alam karena mempunyai kandungan bebatauan yang sangat kaya. Bahkan disebut usia tanahnya yang sangat tua itu, merupakan 'lantai dasar' dari tanah Jawa.
Dari Wikipedia ditulis soal sosok area gerilya Pangeran Diponegoro yang ada di sekitar desa Peniron atau Karang Sambung itu:
Karangsambung adalah sebuah kecamatan yang memiliki tekstur perbukitan dengan karang yang menyambung. Berdasarkan sejarah,tepat di Karangsambung, pada jutaan tahun yang lalu terjadi sebuah fenomena alam yang luar biasa.
Fenomena Geologi berupa subduksi yang mengakibatkan bebatuan didasar laut berbenturan. Benturan tersebut tidak sektika melainkan melalu proses yang lama. Dan karena benturan itu, maka naiklah dasar laut relatif terhadap muka air laut sehingga menjadi sebah daratan (daratan itulah yang kini menjadi sebuah kecamatan karangsambung).
Melihat kembali fenomena alam itu dan kita hubungkan dengan nama karangsambung, maka bisa disimpulkan bahwa siapapun yang memberi nama tempat itu dengan nama karangsambung bisa dipastikan beliau mengenal betul ilmu geologi. Dan mengetahui secara pasti peristiwa yang terjadi jutaan tahun yang lalu. Dengan kata lain, siapapun yang memberi nama tempat itu dengan nama karangsambung, dia adalah seorang ahli geologi kuno.
Hal itu bisa diperkuat dengan arti dari nama Kebumen. Nama Kebumen berasal dari kata kabumian. Kata Kabumian berasal dari kata bumi. Para ahli geologi Indonesia lantas mengaitkan sejarah Kebumen dan juga sejarah karangsambung. Lalu mereka mengambil kesimpulan bahwa bisa jadi nenek moyang Kebumen adalah para ahli geologi. Dan nama Kabumian bisa jadi berarti ilmu bumi.
Kesimpulan mereka tidaklah tanpa alasan.Para ahli geologi di era modern sendiri baru mengamini peristiwa yang menjadi sejarah karangsambung beberapa puluh tahun belakangan ini, tetapi nenek moyang Karangsambung bisa mengetahui kalau daerah tersebut terjadi karena karang didasar laut yang berbenturan dan terangkat menjadi permukaan (karang yang menyambung).