Selasa 26 Dec 2023 14:38 WIB

MUI Mengaku Kagumi Kiprah Imam Ukraina

MUI mendapatkan gambaran bagaimana Islam tumbuh bertahan dan berkembang di Ukraina.

Red: Fernan Rahadi
Pertemuan delegasi Indonesia dengan pemimpin organisasi administrasi Muslim Ukraina (UMMA) Sheikh Murat Suleymanov.
Foto: dokpri
Pertemuan delegasi Indonesia dengan pemimpin organisasi administrasi Muslim Ukraina (UMMA) Sheikh Murat Suleymanov.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan Majelis Ulama Indonesia yang menjadi bagian dari delegasi masyarakat sipil Indonesia mengaku kagum terhadap kiprah Sheikh Murat Suleymanov, pemimpin organisasi administrasi Muslim Ukraina (UMMA). 

Kekaguman ini diungkapkan Wakil Sekjen MUI Pusat Bidang Ukhuwah Islamiyah KH Arif Fahrudin,yang mengakui sangat bangga dengan profil dan kiprah Sheikh Murat  karena berhasil menampilkan citra Islam yang rahmatan lil alamin dalam masyarakat Ukraina yang mayoritas adalah penganut Kristen Ortodoks.

"Sebagai pemimpin organisasi UMMA [serupa MUI], menempatkan diri Islam sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam, kasih sayang bagi semesta alam) Bukan Islam yang kurang ramah bagi non Muslim,” tuturnya menceritakan kunjungannya ke Ukraina selama 10 hari dalam siaran pers, Selasa (26/12/2023),

Dia menuturkan pertemuan dengan Sheikh Murat Suleymanov yang didampingi  Ismail Kady, Direktur Lembaga pusat riset dan sertifikasi halal ‘Al Raid’ dan Dilaver Saidahmetov, direktur administrasi UMMA berlangsung khidmat dan hangat.

Sebagai Ketua UMMA, menurut KH Arif sosok Sheikh Murat Suleymanov sangat penting bagi peran kerukunan antar umat beragama di Ukraina. Dari Sheikh Murat, MUI mendapatkan gambaran bagaimana Islam sebagai komunitas minoritas tumbuh bertahan dan berkembang di Ukraina.

Dalam kesempatan tersebut Sheikh Murat Suleymanov menuturkan dua masjid tempat umat Muslim Ukraina hancur terkena serangan bom Rusia secara sengaja di wilayah Severodonetsk dan Bakhmut. Sementara masjid di Kostyantynivka, meski rusak berat namun masih dapat difungsikan sebagian.

"Sebagai bangsa Ukraina, umat Islam di Kyiv langsung bergerak membantu masyarakat. Sejumlah imam bahkan langsung ikut perang. Salah satunya mantan pemimpin UMMA, Sheikh Said Ismagilov yang sampai sekarang mengawal ruang udara Kyiv dari ancaman Rusia," tuturnya. 

Dia mengaku bersyukur masjid di Kyiv aman dari serangan udara sehingga mampu terus digunakan sebagai tempat ibadah dan menjadi salah satu pusat pengumpulan bantuan kemanusiaan untuk didistribusikan ke masyarakat. 

Senada dengan KH Arif, Yanuardi Syukur Pengurus Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI dan dosen Antropologi Universitas Khairun (Unkhair), Ternate menuturkan pihak MUI membahas tentang potensi kerjasama antara komunitas Islam di Ukraina dan Indonesia. 

"Kerja sama yang berkelanjutan antara komunitas Islam kedua negara adalah bentuk people to people contact antara kedua negara.  Umat Islam terikat oleh rasa ukhuwah islamiyah atau persaudaraan berbasis keislaman di manapun mereka berada,” paparnya. 

Yang tak kalah penting, lanjut dia, adalah ukhuwah basyariyah atau persaudaraan yang berbasis pada kemanusiaan. Untuk itu perlu juga dibangun riset komparatif terkait agama dan masyarakat di Indonesia dan Ukraina. 

Dia mengakui saat ini memang teramat kurang peneliti kita yang mengeksplorasi berbagai hal terkait Ukraina apalagi yang berkaitan dengan komunitas muslim di Tatar Krimea yang merupakan penduduk asli di Semenanjung Krimea yang sekarang di bawah aneksasi Rusia.

Untuk itu diperlukan sekali studi studi lanjutan atau kolaborasi berkelanjutan berkaitan dengan identitas budaya dinamika dan bagaimana komunitas Islam berinteraksi dengan masyarakat dan negara khususnya di dunia Barat. 

Selain bertemu Sheikh Murat Suleymanov, delegasi masyarakat sipil Indonesia juga bertemu Sheikh Ayder Rustemov, pemimpin Mufti untuk Muslim Tartar Krimea yang sampai saat ini ikut berjuang secara langsung mempertahankan kemerdekaan Ukraina. 

"Kami meminta bantuan Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar untuk mendukung kami. Jangan dibohongi Rusia yang memainkan kartu Palestina. Sudah lama kami bangsa Ukraina mengakui Palestina sebagai sebagai negara," katanya kepada delegasi Indonesia.

Menariknya diskusi dengan Sheikh Ayder Rustemov yang berlangsung akrab tersebut harus dilakukan delegasi Indonesia di seelter perlindungan bawah tanah karena adanya ancaman serangan udara dari pihak Rusia terhadap Ibukota Kyiv.

Selain Yanuardi Syukur dan KH Arif Fahrudin delegasi masyarakat sipil Indonesia terdiri dari Radityo Dharmaputra (Dosen Universitas Airlangga Surabaya), H Mokhamad Mahdum (Wakil Ketua BAZNAS RI), Moses Caesar Assa (Tenaga Ahli Komisi 1 DPR RI), dan DR Algooth Putranto (Dosen Universitas Pembangunan Jaya). 

Selain menemui tokoh-tokoh Muslim Ukraina, delegasi masyarakat sipil Indonesia dalam kunjungannya ke Kyiv dan Lviv bertemu kalangan pemerintah, mantan tahanan perang, kelompok advokasi anak-anak Ukraina yang diculik Rusia, hingga sejumlah akademisi perguruan tinggi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement