REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa dekade, manajemen keuangan dan investasi (finance) telah menjadi penentu utama dalam aksi iklim. Di Amerika Serikat, misalnya, mekanisme pajak yang inovatif telah membantu mendanai pembangkit listrik tenaga angin dan surya, sehingga menjadikannya pembangkit listrik yang besar seperti sekarang ini. Dalam konferensi iklim global, janji pendanaan untuk negara berkembang juga telah membantu memajukan negosiasi iklim di saat-saat sulit.
Di tahun 2024, finance juga diperkirakan bakal menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan iklim. Bahkan jika bank sentral berhenti menaikkan suku bunga atau bahkan menurunkannya, biaya untuk meningkatkan modal (raising capital) akan tetap tinggi, sehingga keuangan menjadi tantangan utama yang harus diatasi oleh para pengembang proyek, demikian menurut koresponden senior Time, Justin Worland.
Sementara itu, negara-negara berkembang akan terus menuntut pendanaan untuk membiayai transisi mereka. Menurut Worland, pembiayaan teknologi baru terutama di negara berkembang dapat menjadi sangat sulit bahkan di masa ekonomi yang tidak terlalu rumit. Meski di sisi lain, perkembangan terbaru dalam dunia keuangan global juga menghadirkan peluang bagi perusahaan yang mau berpikir kreatif.
Alasan utama mengapa keuangan sangat penting bagi pengembangan energi bersih adalah karena adanya biaya di muka untuk membangun infrastruktur.
"Biaya konstruksi tersebut biasanya perlu dibiayai. Proyek-proyek bahan bakar fosil juga memiliki biaya di muka, tentu saja, tetapi cenderung lebih rendah, karena biaya produksi energi dari bahan bakar fosil sebagian besar terkait dengan pembelian gas, minyak, atau batu bara ketika dibutuhkan - yang biasanya tidak bergantung pada pembiayaan," kata Worland.
Kini, ada beberapa faktor yang membawa kenyataan ini ke permukaan. Pertama, tingkat suku bunga yang lebih tinggi telah mengguncang pembiayaan untuk proyek-proyek yang telah direncanakan dengan baik bahkan setahun yang lalu. Kedua, negara-negara berkembang telah berada di bawah tekanan untuk membendung emisi, tapi mereka tidak mampu membayar biaya pinjaman yang memungkinkan mereka untuk melakukannya.
Pada COP28 di Dubai, negara-negara berkembang berargumen bahwa mereka tidak dapat berjanji untuk melakukan dekarbonisasi yang lebih besar tanpa pendanaan yang memadai. Pada COP30 di tahun 2025, semua negara diharapkan datang dengan komitmen nasional baru untuk mengurangi emisi. COP29, yang diselenggarakan tahun depan di Baku, Azerbaijan, akan menguji apakah dana yang tersedia cukup untuk memberikan kepercayaan diri kepada negara-negara untuk berkomitmen.
"Jembatannya adalah pendanaan," kata Cassie Flynn, Direktur Global Perubahan Iklim di Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, seperti dilansir Time, Selasa (26/12/2023)
Angka-angka seperti apa yang mungkin akan dibahas di Baku? Komitmen keuangan terbaru, yang dibuat pada COP15 di Copenhagen pada tahun 2009, meminta negara-negara kaya untuk mengirimkan dana tahunan sebesar 100 miliar dolar AS untuk pendanaan iklim ke negara-negara selatan mulai tahun 2020. Sebagian besar pembicaraan mengenai pendanaan yang akan datang di tahun 2024, kemungkinan besar akan berpusat pada dana iklim dari pemerintah negara-negara kaya seperti Amerika Serikat dan lembaga-lembaga seperti Bank Dunia, dimana tujuan sebenarnya adalah memobilisasi modal swasta menggunakan struktur pendanaan campuran.
Singkatnya, pendekatan tersebut menggabungkan modal dari sektor swasta dengan pembiayaan konsesial -dari, misalnya, pemerintah atau filantropi- yang menerima imbal hasil yang lebih rendah atau menanggung kerugian pertama pada proyek yang gagal.
Perusahaan yang mendapatkan struktur ini dengan benar akan memosisikan diri mereka sebagai pemimpin di pasar yang siap untuk tumbuh dengan cepat. BlackRock, misalnya, meluncurkan dana investasi pada tahun 2021 yang menggabungkan dana dari pemerintah dan filantropi bersama dengan modal dari investor institusional untuk mendemonstrasikan bagaimana proyek semacam itu dapat disusun dengan sukses.
BlackRock mengatakan bahwa dana tersebut menerima minat yang sangat besar, baik dari investor yang ingin mendapatkan imbal hasil sesuai harga pasar maupun investor yang ingin mengambil risiko tambahan untuk mengkatalisasi pasar. Sekarang pemerintah dan institusi swasta hanya perlu membuat penawaran produk yang sesuai.