REPUBLIKA.CO.ID, COPENHAGEN -- Perusahaan pengapalan Maersk menjadwalkan lusinan kapal kontainer untuk berlayar melalui Terusan Suez dan Laut Merah beberapa hari dan pekan ke depan. Pengumuman perusahaan asal Denmark ini menandakan perusahaan pengiriman barang kembali menggunakan jalur biasa.
Perusahaan-perusahaan pengapalan termasuk raksasa Maersk dan Hapag-Lloyd berhenti menggunakan rute Laut Merah setelah Houthi dari Yaman menyerang kapal-kapal komersial yang melewati perairan itu pada bulan ini. Serangan-serangan tersebut sempat mengganggu perdagangan global.
Pada Rabu (27/12/2023) pukul 13.30 waktu Greenwich saham Maersk turun 5 persen, setelah sempat naik pekan lalu. Saat mereka kembali menggunakan jalur yang lebih pendek melalui Terusan Suez dari jalur yang mengitari Afrika.
Saham perusahaan pengapalan lainnya Hapag-Lloyd juga turun 6 persen. Perusahaan kapal tanker minyak Frontline juga turun 5,3 persen dan perusahaan pengiriman mobil Hoegh Autoliners turun 3 persen.
Dikutip dari Alarabiya, Kamis (28/12/2023) Maersk mengatakan jadwal pengiriman dapat berubah berdasarkan rencana darurat spesifik yang mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan. Pada Selasa (26/12/203) perusahaan Prancis, CMA CGM mengatakan mereka menambah jumlah kapal yang berlayar melalui Terusan Suez.
Salah satu kapal terdaftar yang Maersk laporkan ke klien adalah Maren Maersk. Kapal itu berangkat dari Tangiers pada 24 Desember dan akan "melanjutkan perjalanan melalui Terusan Suez" dengan perkiraan tiba di Singapura pada 14 Januari.
Berdasarkan laporan itu, Maersk mengatakan masih banyak kapal yang dijadwalkan mengitari Afrika. Sejak 19 Desember lalu untuk menghindari serangan Houthi, perusahaan tersebut mengubah rute kapalnya dengan mengitari Afrika melalui Tanjung Harapan.
Maersk menaikan biaya ke konsumen dan waktu ketibaan untuk mengirimkan barang dari Asia ke Eropa dan ke timur pantai Amerika Utara. Pada 22 Desember lalu perusahan itu menambah 700 dolar AS untuk kontainer 200 kaki yang dikirimkan dari Cina ke Eropa Utara, biaya itu terdiri dari 200 dolar AS biaya disrupsi perjalanan dan 500 dolar AS biaya puncak musiman.
Biaya disrupsi transit diberlakukan pekan lalu sementara biaya puncak musiman berlaku mulai dari 1 Januari. Belum diketahui bagaimana keputusan untuk kembali menggunakan Terusan Suez akan berdampak pada kenaikan biaya tersebut.
Maersk belum dapat dimintai komentar lebih lanjut mengenai jadwal kapal-kapalnya.
Saingannya dari Jerman, Hapag-Lloyd, masih menganggap situasi terlalu berbahaya untuk melewati Terusan Suez. Juru bicara perusahaan itu mengatakan mereka akan terus mengalihkan rute kapal-kapal mereka melalui Tanjung Harapan.
"Kami terus menilai situasi dan merencanakan tinjauan berikutnya pada hari Jumat," kata juru bicara tersebut.