REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menetapkan dua proyek instalasi nuklir bakal digarap pada 2024. Proyek itu berupa penguatan teknologi akselerator dan reaktor nuklir.
"Kami berkolaborasi dengan Institute of Nuclear and New Energy Technology (INET) Universitas Tsinghua," kata Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Rohadi Awaludin dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Jumat (29/12/2023).
Saat ini, BRIN sedang mengembangkan accelerator driven system (ADS) untuk produksi radioisotop. Instalasi akselerator berperan penting dalam menjawab tantangan pengelolaan limbah radioaktif dari pengoperasian reaktor nuklir. Proyek untuk memproduksi radioisotop difokuskan pada kawasan reaktor nuklir di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
"Kami fokuskan untuk produksi radioisotop yang menjadi kebutuhan nasional saat ini," kata Rohadi. Pada 2024, BRIN bersama mitra luar negeri mulai mendesain reaktor generasi keempat tipe small modular reactor (SMR).
Reaktor modular kecil merupakan reaktor fisi yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan reaktor konvensional. Teknologi itu punya nilai investasi yang lebih rendah dan fleksibilitas dalam pengoperasian maupun pemeliharaan. Sehingga, potensial untuk mendukung ketahanan energi nasional bagi Indonesia yang berbasis negara kepulauan.
Rohadi mengungkap reaktor generasi keempat punya keamanan yang lebih tinggi karena berpendingin gas yang tahan terhadap suhu tinggi hingga lebih dari 2.000 derajat Celsius. Sehingga, tidak ada risiko terjadinya pelelehan bahan bakar akibat suhu tinggi tersebut.
"Reaktor generasi keempat itu lebih aman. Kami masih tahap awal pengembangan menjadi desain," ucap Rohadi.
Sepanjang 2023, BRIN memiliki 2.388 judul riset yang dilakukan oleh para periset dengan capaian 1.217 riset. Capaian paling banyak adalah lingkungan berkelanjutan mencapai 266 riset, energi sebanyak 220 riset, dan pangan sebanyak 218 riset, serta kedaulatan kesehatan sebanyak 156 riset.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menambahkan, pihaknya memfokuskan riset energi yang sejalan arah pembangunan nasional guna mewujudkan kedaulatan energi yang berkelanjutan, salah satunya listrik tenaga nuklir. Pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi listrik bertujuan untuk menggantikan bahan bakar fosil agar Indonesia bisa mencapai target nol emisi karbon pada 2060.
Pemerintah melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan pengoperasian secara komersial satu unit pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berkapasitas sekitar 200 megawatt pada 2032.