Ahad 07 Jan 2024 18:14 WIB

Pakar: Pengalihan Rute Logistik di Laut Merah Dorong Harga Minyak Dunia

Pakar ingatkan kenaikan harga minyak di Indonesia diikuti lonjakan inflasi

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Pasukan rekrutan baru Houthi membawa bendera Palestina. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti memprediksi adanya pengalihan jalur logistik dari rute Laut
Foto: EPA-EFE/OSAMAH YAHYA
Pasukan rekrutan baru Houthi membawa bendera Palestina. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti memprediksi adanya pengalihan jalur logistik dari rute Laut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti memprediksi adanya pengalihan jalur logistik dari rute Laut Merah untuk menghindari risiko serangan kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman juga akan berdampak pada lonjakan harga minyak dunia. Tak terkecuali Indonesia juga akan merasakan dampaknya. 

"Dampaknya ada lonjakan harga minyak yang meningkat. Sehingga hal ini akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Ada tiga dampak yang mungkin terjadi," ujar Esther kepada Republika, Ahad (7/1/2024) sore.

Dampak pertama yang dirasakan langsung adalah asumsi harga minyak di APBN akan meningkat dan harus diubah. Kedua, harga energi di Indonesia akan meningkat dan dampak ketiga adalah inflasi di Indonesia akan cenderung meningkat.

"Karena harga energi menyumbang inflasi terbesar," ucapnya.

Sebelumnya, raksasa logistik asal Denmark Maersk akan mengalihkan semua kapal peti kemasnya dari rute Laut Merah di sekitar Tanjung Harapan, Afrika. Dialihkannya rute perjalanan dengan mengelilingi benua Afrika ini dilakukan untuk menghindari risiko serangan kelompok Houthi di Laut Merah, yang telah menimbulkan kekhawatiran logistik global dalam beberapa hari terakhir.

Maersk juga menyebut pengalihan jalur ini dilakukan untuk waktu yang tidak dapat diprediksi. Maersk juga mengingatkan kepada para pelanggannya untuk bersiap menghadapi gangguan yang signifikan.

Saat ini, pengiriman di seluruh dunia beralih dari Laut Merah dan rute terpendek dari Asia ke Eropa melalui Terusan Suez. 

Pengalihan ini dilakukan setelah kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman meningkatkan serangannya terhadap kapal-kapal di Kawasan Teluk sebagai bentuk dukungannya terhadap kelompok Islam Palestina, Hamas yang sedang melawan penjajahan Israel di Gaza. 

Dengan pengalihan rute ini, sebenarnya waktu tempuh perjalanan kapal akan memakan waktu yang lebih lama yakni sekitar 10 hari. Dengan kondisi seperti itu, bahan bakar yang dibutuhkan pun lebih banyak hingga 1 juta dolar AS atau sekitar Rp 15 miliar untuk setiap perjalanan pulang pergi Asia-Eropa Utara. 

Namun, adanya pengalihan ini juga berdampak positif bagi saham-saham perusahaan pelayaran, yang merupakan saham-saham dengan kinerja terbaik di Eropa sejak awal tahun ini, lantaran investor bertaruh akan adanya kenaikan tarif angkutan sehingga memberikan angin segar pada sektor ini. Biaya yang lebih tinggi ini sebenarnya juga menimbulkan kekhawatiran kembalinya inflasi di zona Euro. 

Goldman Sachs pada Jumat lalu menaikkan perkiraan inflasi di zona Euro pada Mei 2024 menjadi 2,3 persen dari 2,2 persen sebagai akibat dari lonjakan biaya pengiriman. Goldman juga mengatakan, pengalihan rute kargo yang berkepanjangan dari Laut Merah akan berdampak buruk dan menyebabkan inflasi yang lebih besar.

"Analis ekuitas kami memperkirakan bahwa guncangan ini tidak akan seburuk atau berkepanjangan seperti 2020-2022 karena peningkatan pasokan kapal dan tidak ada kemacetan pelabuhan akibat lockdown," kata Goldman Sachs yang membandingkan kondisi saat ini dengan era pandemi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement