REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, sepakat dengan Presiden Joko Widodo yang ingin Komisi Pemilihan Umum (KPU) merevisi format debat capres-cawapres yang sudah berlangsung tiga edisi.
Menurut Ujang, tiga perdebatan yang sudah berlangsung yakni dua kali debat capres dan satu kali debat cawapres masih jauh dari substansi yang mendalam. Sehingga menurut Ujang tiga edisi debat yang sudah berlalu ibarat sayur tanpa garam karena hanya sedikit berbicara substansi.
"Perlu dievaluasi total debat yang sudah ada dan diperbaiki di dua debat lagi ke depan," kata Ujang, kepada Republika.co.id, Selasa (9/1/2024).
Ujang melihat masih banyak kekurangan dari debat yang sudah berjalan. Di mana debat yang ditampilkan hanya membicarakan hal-hal yang bersifat umum. Isu-isu dan respons yang diberikan capres dan cawapres kata dia masih sesuai keinginan dan selera masing-masing kandidat. Sehingga substansi yang diharapkan publik tidak banyak yang muncul.
Harusnya dalam debat yang disaksikan jutaan penonton harus jadi kesempatan bagi capres dan cawapres menjelaskan visi misi yang mendalam. Ide dan gagasan yang dibawa harus jelas tahapannya seperti apa rancangannya seperti apa, kapan harus dilakukan, anggarannya berapa, dan dapat diselesaikan di tahun ke berapa pasca dilantik.
Ujang berharap di dua debat yang tersisa yakni sekali debat capres dan sekali debat cawapres mampu menampilkan dialektika yang berkualitas. Sehingga rakyat yang akan memilih dapat mengambil kesimpulan tentang kapasitas, kapabilitas dan integritas dari setiap pasangan calon.
"Harusnya di lima edisi debat ini, publik dapat menyimpulkan bahwa kapasitas mereka sebagai capres cawapres emang layak. Segenap rakyat Indonesia menunggu debat yang melahirkan ide gagasan besar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa yang begitu kompleks," ucap Ujang.